Kamis, 09 September 2010

QUALITY OF EDUCATION AND COST OF EDUCATIO

L.C. Solmon dalam tulisannya yang berjudul The Quality of Education (Psacharopaulos, 1987: 53) menyatakan bahwa untuk memahami kualitas pendidikan dari sudut pandang ekonomi diperlukan pertimbangan tentang bagaimana kualitas itu diukur. 
Dalam hubungan ini terdapat beberapa sudut pandang dlam mengukur kualitas pendidikan yaitu:
1.    Pandangan yang menggunakan pengukuran pada hasil pendidikan (sekolah)
2.    Pandangan yang melihat pada proses pendidikan
3.    Pendekatan teori ekonomi yang menekankan pada akibat positif pada siswa atau pada penerima manfaat pendidikan lainnya yang diberikan oleh institusi dan atau program pendidikan
Sudut pandang tersebut di atas, masing-masing punya kelemahnnya sendiri-sendiri, namun demikian pengukuran di atas tetap perlu dalam melihat masalah kualitas pendidikan, yang jelas diakui bahwa masalah peningkatan kualitas pendidikan bukanlah hal yang mudah sebagaimana diungkapkan oleh Stanley J. Spanbauer (1992 : 49) “Quality improvement in education should not be viewed as a “quick fix process”. It is a long term effort which require organizational change and restructuring”. Ini berarti bahwa banyak aspek yang berkaitan dengan kualitas pendidikan, dan suatu pandangan komprehensi mengenai kualitas pendidikan merupakan hal yang penting dalam memetakan kondisi pendidikan secara utuh, meskipun dalam tataran praktis, titik tekan dalam melihat kualitas bisa berbeda-beda sesuai dengan maksud dan tujuan suatu kajian atau tinjauan
Kualitas pendidikan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, dia merupakan hasil dari suatu proses pendidikan, jika suatu proses pendidikan berjalan baik, efektif dan efisien, maka terbuka peluang yang sangat besar memperoleh hasil pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan mempunyai kontinum dari rendah ke tinggi sehingga berkedudukan sebagai suatu variabel, dalam konteks pendidikan sebagai suatu sistem, variabel kualitas pendidikan dapat dipandang sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kepemimpinan, iklim organisasi, kualifikasi guru, anggaran, kecukupan fasilitas belajar dan sebagainya. Edward Salis (2006 : 30-31) menyatakan: “ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar an anak didik, kurikulum yeng memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut”

Pernyataan di atas menunjukan banyaknya sumber mutu dalam bidang pendidikan, sumber ini dapat dipandang sebagai faktor pembentuk dari suatu kualitas pendidikan, atau faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Dalam hubungan dengan faktor berpengaruh pada kualitas pendidikan, hasil studi Heyman dan Loxley tahun 1989 (Mintarsih Danumihardja 2004:6) menyatakan bahwa factor guru, waktu belajar, manajemen sekolah, sarana fisik dan biaya pendidikan memberikan kontribusi yang berarti terhadap prestasi belajar siswa. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan dana untuk penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah menjadi salah satu factor penting untuk dapat memenuhi kualitas dan prestasi belajar, dimana kualitas dan prestasi belajar pada dasarnya mengagambarkan kualitas pendidikan.

Sementara itu Nanang Fatah (2000 : 90) mengemukakan upaya peningkatan mutu dan perluasan pendidikan membutuhkan sekurang-kurangnya tiga faktor utama yaitu:
  1. Kecukupan sumber-sumber pendidikan dalam arti kualitas tenaga kependidikan, biaya dan sarana belajar;
  2. Mutu proses belajar mengajar yang mendorong siswa belajar efektif; dan
  3. Mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap ketrampilan, dan nilai-nilai. Jadi kecukupan sumber, mutu proses belajar mengajar, dan mutu keluaran akan dapat terpenuhi jika dukungan biaya yang dibutuhkan dan tenaga professional kependidikan dapat disediakan di sekolah, dan semua ini tentu saja memerlukan sumberdaya pendidikan termasuk biaya.

Dalam melakukan analisis keterkaitan biaya dengan kualitas pendidikan, pendekatan yang paling sering dipergunakan para akhli adalah pendekatan fungsi produksi pendidikan (padahal masih ada pendekatan lain yang lebih tepat dalam konteks manajemen kualitas dewasa ini), ini sejalan dengan pendapat Hanushek (Psacharopoulos, 1987 : 33) yang menyatakat “Studies of educational production function (also referred to as input-output analysis or cost-quality studies) examine the relationship among the different inputs into the educational process and outcomes of the process”. Dengan demikian dalam pendekatan ini biaya/cost dipandang sebagai faktor input yang memberi kontribusi pada proses prndidikan dalam membentuk/ mempengaruhi kualitas pendidikan (output). Adapun teknik yang dipergunakan dalam analisis ini adalah teknik cost-efectiveness analysis. Teknik analisis cost-efectiveness is a technique for measuring the relationship between the total inputs, or costs, of a project or activity, and its outputs or objectives (M. Woodhall dalam Psacharopoulos. 1987 : 348). Dalam analisis ini seluruh input diperhitungkan dalam kaitannya dengan output atau dengan keefektifan dalam pencapaian tujuan (output), dan dalam transformasi input ke output tersebut sudah tentu melewati suatu proses (proyek atau aktivitas), sehingga teknik analisis ini melihat pendidikan/sekolah sebagai system dengan komponen-komponen yang terdiri dari Input – Proses – Output. Dengan melihat komponen tersebut, dapatlah difahami bahwa kualitas output tergantung atau ditentukan oleh bagimana kualitas input serta bagaimana mengelola proses dalam kerangka membentuk output.

Dalam bidang pendidikan, yang termasuk input dalam konteks pengukuran kualitas hasil pendidikan adalah Siswa dengan seluruh karakteristik personal serta biaya yang harus dikorbankan untuk memperoleh pendidikan/mengikuti sekolah, dan komponen yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah sebagai suatu institusi adalah guru dan SDM lainnya, kurikulum dan bahan ajar, metode pembelajaran, sarana pendidikan, system administrasi, sementara yang masuk dalam komponen output adalah hasil proses pembelajaran yang dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Dengan melihat unsur-unsur dari komponen tersebut, dapatlah disusun suatu model keterkaitan/hubungan antara Cost dengan Kualitas Pendidikan

Model (model naratif) tersebut menggambarkan hal-hal sebagai berikut :
  1. Siswa/calon siswa yang mau memasuki lembaga pendidikan harus mengeluarkan biaya baik itu biaya langsung maupun tak langsung, yang besarnya tergantung pada pembebanan oleh Lembaga pendidikan dan kondisi ekonomi dimana siswa itu tinggal terutama untuk biaya tidak langsung.
  2. Dengan masuknya ke lembaga pendidikan, siswa tersebut mengorbankan juga kemungkinan memperoleh pendapatan apabila tidak mengikuti pendidikan (opportunity cost), atau kehilangan pendapatan yang akan diperoleh jika tidak mengikuti pendidikan (earning forgone).
  3. Pemerintah sesuai dengan kebijakannya juga memberikan dana kepada lembaga pendidikan baik sifatnya rutin maupun insidental yang besarnya sesuai dengan ketersediaan anggaran Pemerintah.
  4. Disamping itu dalam konteks MBS, kelompok masyarakat/pengusaha dapat memberikan bantuan dana pada lembaga pendidikan sesuai dengan upaya yang dilakukan oleh Komite Sekolah dalam menggalang/menghimpun dana dari kelompok masyarakat.
  5. Penjumlahan dari semua dana yang diperoleh oleh lembaga pendidikan atau yang diperhitungkan terjadi merupakan total biaya yang diterima oleh lembaga pendidikan yang bila dibagi dengan jumlah siswa akan diperoleh unit cost/biaya satuan per siswa.
  6. Jumlah dana yang diterima oleh lembaga pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu komponen pembiayaan pendidikan, dan komponen ini akan menjadi pertimbangan dalam menentukan pembelanjaan yang akan dilaksanakan. Ukuran penerimaan adalah kecukupan, dalam arti apakan dana yang diperoleh akan cukup untuk membiayai kegiatan pendidikan, sementara itu prinsip yang harus diterapkan dalam membelanjakan adalah efektivitas dan efisiensi.
  7. Prinsip efisiensi mengandung arti bahwa pembelanjaan dilakukan dengan pengorbanan yang minimal dalam melaksanakan suatu kegiatan pendidikan, sedangkan prinsif efektivitas mengandung makna bahwa pembelanjaan yang dilakukan dapat menjadi upaya yang tepat dalam mencapai tujuan 
  8. Proses pendidikan yang terjadi di lembaga pendidikan pada dasarnya merupakan upaya transformasi input melalui suatu proses untuk menjadi output yang berkualitas sesuai dengan yang diharapkan.
  9. Semua lembaga pendidikan mengharapkan output yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik (prestasi hasil belajarnya baik), oleh karena itu proses pendidikan yang dilakukan akan selalu diupayakan pada pencapaian kualitas pendidikan yang baik.
  10. Dalam konteks tersebut maka biaya yang dikeluarkan siswa sebagai salah satu sumber pendapatan lembaga menjadi komponen penting yang berperan dalam perwujudan kualitas pendidikan yang baik. Namun demikian hal itu hanya bisa terjadi apabila manajemen pembiayaan pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan memperhatikan efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan dananya.
  11. Dengan demikian antara biaya dengan kualitas pendidikan terdapat keterkaitan, namun sifatnya tidak langsung, dalam arti ditentukan oleh bagaimana pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan, dengan demikian besarnya biaya yang dikeluarkan oleh siswa tidak dapat menjadi jaminan bagi kualitas pendidikan yang baik
Penjelasan di atas menunjukan bahwa Pengelolaan dana pendidikan perlu dilakukan dengan baik melalui langkah-langkah sistimatis sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen. Ini berarti bahwa melihat masalah cost dan kualitas pendidikan aspek manajemen pembiayaan pendidikan perlu diperhatikan dengan seksama, agar terhindar dari pemborosan dimana cost yang besar ternyata tidak berdampak apapun pada kualitas pendidikan. (Uhar Suharsaputra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung yang terhormat...Silahkan tinggalkan jejak dengan komentar, pendapat dan saran, bebas asal sopan....OKE..!!!