Bagaimana guru-guru memahami kedisiplinan dan bentuk-bentuk manajemen
perilaku lain tergantung pada bagaimana mereka melihat pekerjaan mereka
sebagai seorang guru dan sejauh mana mereka meyakini bahwa semua anak
dapat belajar. Perilaku di kelas dan hasil belajar banyak dipengaruhi
oleh kualitas pengajaran. Guru menguasai banyak faktor yang mempengaruhi
motivasi, prestasi dan perilaku siswa ereka. Lingkungan fisik di kelas,
level kenyamanan emosi yang dialami siswa dan kualitas komunikasi antar
guru dan siswa merupakan faktor penting yang bisa memampukan atau
menghambat pembelajaran yang optimal.
Guru bertanggung jawab untuk berbagai siswa, termasuk mereka dari
keluarga yang tidak mampu atau kurang beruntung, siswa yang mungkin
harus bekerja setelah sekolah, atau mereka yang berasal dari kelompok
minoritas etnis, agama atau bahasa atau mereka dengan berbagai kesulitan
atau kecacatan belajar.
Tak satupun dari situasi atau faktor ini harus
menyebabkan masalah pendidikan, namun anak-anak ini mungkin beresiko
mendapatkan pengalaman sekolah yang negatif dan tak bermakna jika guru
tidak responsif terhadap kebutuhan dan kemampuan mereka atau mampu
menggunakan pengajaran dan strategi kelas yang efektif dan disesuaikan
menurut individu.
Untuk mengurangi atau menghilangkan hambatan belajar dan partisipasi
siswa diperlukan pengetahuan mendalam tentang dari mana asal hambatan
ini dan bagaimana dan kapan hambatan ini muncul. Penting bagi guru untuk
memahami latar belakang sosial ekonomi dan keluarga siswa agar dapat
memahami faktor non akademis yang mempengaruhi pembelajaran mereka.
Banyak faktor sosial yang mempengaruhi belajar tidak dapat langsung
diubah, tapi pemahaman faktor-faktor ini akan memampukan guru dalam
memahami; kegagalan; atau ;perilaku tak pantas; siswa dan menciptakan
lingkungan belajar yang mengurangi bukan menambah efek faktor ini. Guru
yang baik menganggap ini tantangan pribadi dan profesional.
Namun, guru-guru juga perlu secara kritis berefleksi terhadap apa yang
terjadi di dalam kelas karena perilaku siswa seringkali merupakan reaksi
dari faktor-faktor di dalam sekolah. Guru perlu berefleksi tentang
lingkungan belajar yang telah mereka ciptakan dan apakah lingkungan ini
melibatkan semua anak secara aktif dan bermakna. Beberapa hal yang kita
lakukan sebagai guru bisa membantu belajar, beberapa di antaranya
malahan tak berguna dan bahkan ada yang membahayakan!
Ketika mencari penjelasan untuk rendahnya prestasi dan masalah perilaku,
guru perlu disiapkan terlebih dahulu mengingat keterbatasan di
lingkungan dan proses belajar daripada di dalam diri anak. Mereka perlu
merefleksikan apa yang mereka ajarkan dan bagaimana mereka mengajar. Apa
yang mereka katakan dan lakukan di kelas untuk membangun pemahaman di
antara siswa? Bagaimana mereka memperkenalkan topik-topik baru?
Bagaimana mereka menghubungkan pengetahuan baru dengan apa yang telah
diketahui anak?
Guru cenderung menunjuk pada kelemahan anak daripada memuji mereka
karena upaya dan peningkatan (kecil). Untuk banyak anak ini sangat
mengecilkan hati, dan bisa mengakibatkan perasaan rendah diri dan
kegagalan. Guru perlu menyadari hal ini.
Pengajaran pada umumnya adalah kegiatan kelompok, sedangkan pembelajaran
lebih kepada kegiatan individu dan tidak semua siswa belajar dengan
kecepatan yang sama atau dengan cara yang sama. Guru perlu
mempertimbangkan berapa banyak kebijakan dan praktek yang mengarah pada
labelling siswa. Penelitian tentang interaksi guru-siswa menunjukkan
bagaimana guru sering berperilaku berbeda kepada individu siswa
berdasarkan pada persepsi mereka endiri tentang kemampuan siswa.
Mereka yang diberi label;berprestasi rendah; atau;siswa lamban belajar;
sering menerima sedikit kesempatan dibanding orang lain untuk
berpartisipasi, dan mereka yang dipandang sebagai;tak disiplin;
diperlakukan sedemikian rupa, bahkan ketika mereka berperilaku baik.
Guru perlu berefleksi pada asumsi dan ekspektasi mereka dengan meminta
feedback dari anak-anak tentang proses belajar-mengajar dan tentang apa
yang terjadi di kelas pada umumnya. Semua guru harus melakukan ini
seperti yang terungkap pada mereka apa yang dikenali siswa sebagai
karekteristik yang berkualitas pada guru, yang hampir tanpa pengecualian
berkaitan dengan kemampuan guru untuk mengenali mereka sebagai individu
dengan cara positif, memperlakukan mereka dengan adil dan dengan
hormat, membuat pelajaran menarik dan beragam, memberikan dorongan dan
mengatakan agar mereka meyakini diri mereka sendiri dan kemampuannya.
Ini berarti bahwa hubungan guru-siswa dan iklim kelas yang positif
merupakan faktor penting dalam mempengaruhi bagaimana anak mendapat
pengalaman bersekolah. Guru tidak hanya mengajar pengetahuan dan
keterampilan, mereka juga membantu siswa untuk menjelaskan siapa mereka.
Dari interaksi sehari-hari dengan guru, anak belajar mengetahui apakah
mereka penting atau tidak, pintar atau lambat, disukai atau tak disukai.
Seorang guru mengirimkan pesan-pesan ini melalui perilakunya, gesti,
dan kata-kata. Dari pesan yang diterima anak ini mereka memutuskan untuk
meresikokan partisipasi di kegiatan kelas atau tidak. Guru harus
mengetahui bahwa keterlibatan tersebut tidak selalu datang dengan mudah
dan bahwa ini memerlukan sebuah lingkungan kelas yang nyaman secara
psikologis dan dipercaya.
Motivasi untuk belajar dan untuk berperilaku berdasarkan pada minat.
Jika guru berhasil merangsang keingintahuan di antara siswa, mereka akan
juga menemukan kesediaan di antara siswa untuk belajar dan berperilaku
baik. Pengajaran yang memuaskan keingintahuan anak jauh lebih memotivasi
dengan efektif daripada memaksa mereka untuk mengerjakan tugas-tugas
yang mereka anggap tidak relevan dan membosankan. Oleh karena itu cara
guru berinteraksi dengan anak dan cara mengajarnya itu penting dalam
mencegah perilaku tak pantas.
Namun, walau upaya interaksi positif itu, masalah perilaku mungkin masih
terjadi dan guru harus disiapkan untuk ini dengan berbagai teknik
berkisar dari konseling, memfokuskan pada pemahaman, bersama-sama
mengatasi masalah perilaku acuh yang tak pantas sambil memberdayakan
perilaku yang pantas. Yang penting adalah bahwa guru harus selalu
memahami bahwa perilakunyalah yang tak pantas, bukan anaknya! Masalahnya
apakah guru dapat melihat melampaui perilaku yang tak pantas itu dan
melihat seorang manusia yang patut dihargai. Dengan lulus tes ini akan
membuat guru lebih dapat dipercaya, tidak hanya sebagai guru tapi juga,
dan lebih penting lagi, sebagai manusia penuh kasih yang tulus.
Guru mungkin terlalu memfokuskan pada apa yang harus dilakukan ketika
anak berperilaku tak pantas. Teknik disiplin sering dipahami oleh guru
sebagai sesuatu yang terpisah dari teknik pengajaran, hanya digunakan
jika dan ketika masalah muncul saja. Namun, manajemen kelas merupakan
bagian integral pengajaran efektif yang mencegah masalah perilaku
melalui perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan belajar yang
lebih baik, pemberian materi pengajaran yang lebih baik, dan interaksi
guru siswa yang lebih baik, membidik pada mengoptimalan keterlibatan dan
kerjasama siswa dalam belajar. Teknik kontrol perilaku atau
pendisiplinan pada akhirnya akan tidak terlalu efektif karena teknik
tersebut tidak mendorong perkembangan disiplin diri atau tanggung jawab
anak sendiri atas tindakannya. Siswa tidak otomatis menjadi disiplin
pada usia tertentu atau melalui kontrol atau paksaan. Nilai-nilai dan
ketrampilan sosial harus diajarkan dan dicontohkan oleh guru. Belajar
untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab dan membuat pilihan-pilihan
yang memerlukan praktek, termasuk membuat kesalahan. Inilah yang
dinamakan manajemen kelas dan pengajaran yang efektif. Dan itulah, tidak
hanya memberikan kurikulum, adalah tujuan pendidikan!
^_^
BalasHapus