1. Pengertian Kepuasan Kerja
Newstrom mengemukakan bahwa job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their work. Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang dialami (pegawai) dalam bekerja. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an employee feels about his or her job.
Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau
pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan
yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya.
Perasaan
yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya,
kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lain, penempatan
kerja, dan struktur organisasi.
Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain
berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan. Handoko
menyatakan keadaan emosional
yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.
Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Robins
menyatakan kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu
sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan
dikaitkan dengan Pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh
Pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini
akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Apabila dilihat
dari pendapat Robins tersebut terkandung dua dimensi, pertama, kepuasan yang dirasakan individu yang titik beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai makan nasi goreng
Kepuasan kerja (job satisfaction) menunjukkan
sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seorang dengan sikap
kepuasan tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja,
seseorang yang tidak puas terhadap pekerjaannya menunjukkan sikap yang
negatif terhadap pekerjaan tersebut (Robins, 2003:68). Kepuasan kerja yang tinggi menandakan bahwa sebuah organisasi sekolah telah dikelola dengan baik dengan manajemen yang efektif. Menurut
Riggio dalam Hadjam dan Nasiruddin (2003) kepuasan kerja banyak
didefinisikan sebagai perasaan dan perilaku individu berkenaan dengan
pekerjaannnya. Semua aspek dari pekerjaan yang baik maupun buruk,
positif maupun negative akan berperan menciptkan perasaan kepuasan ini.
Davis
dan Newstroom (2002) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah seperangkat
perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka.
Hasibuan (2001) mendefinisikan kepuasan kerja adalah sikap emosional
yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh
moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Ada perbedaan yang
penting antara perasaan ini dengan unsur lainnya dari sikap pegawai.
Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang relatif
yang berbeda dari pemikiran obyektif dan keinginan perilaku.
Kepuasan kerja (Job Satisfaction)
adalah suatu keadaan emosional guru dimana terjadi atau tidak terjadi
titik temu antara batas jasa guru dengan tingkat nilai balas jasa baik
finansial maupun nonfinansial. Kepuasan kerja adalah tingkat di mana
seseorang merasa positif atau negatif tentang berbagai segi dari
pekerjaan, tempat kerja, dan hubungan dengan teman kerja (Donely, 1985).
Enam jenis sasaran yang harus dicapai sebelum kepuasan kerja dapat
diperoleh adalah :
- Uang,
- Wibawa,
- Kedudukan,
- Keamanan,
- Pengakuan,
- Rasa memiliki,
- Kreativitas (Frase, 1993).
Tiffin
(1974) mengatakan bahwa kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap
guru terhadap pekerjaannya sendiri, karena makin tinggi tingkat kepuasan
kerja seseorang akan tercermin dari sikap kerja ke arah yang positif.
Hal ini tidak berarti apa yang dilakukan oleh guru yang ada pada saat
ini arahnya negatif. Sebaliknya ketidak puasan kerja akan menimbulkan
sikap kerja yang negatif. Bahwa positif dan negatifnya sikap kerja
seseorang mengikuti tingkat kepuasan kerja yang dirasakan.
Untuk
mengukur kepuasan kerja seseorang biasanya dilihat dari besaran gaji
atau upah yang diberikan, tetapi ini sebenarnya bukan satu-satunya
faktor ada faktor lain seperti suasana kerja, hubungan atasan dan guru
ataupun rekan sekerja, pengembangan karier, pekerjaan yang sesuai dengan
minat dan kemampuannya, fasilitas yang ada dan diberikan. Muhammad
(1996) menyebutkan ada dua hal yang mungkin menyebabkan orang tidak puas
dengan pekerjaannya. Hal pertama, apabila orang tersebut tidak
mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya. Yang
kedua, apabila hubungan sesama teman sekerja kurang baik.
Atau
dengan kata lain ketidakpuasan kerja ini berhubungan dengan dengan
masalah komunikasi. Sedang Hasibuan menyebutkan bahwa kepuasan kerja
guru dipengaruhi faktor-faktor: (1) balas jasa yang adil dan layak; (2)
penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian; (3) berat-ringannya
pekerjaan; (4) suasana dan lingkungan pekerjaan; (5) peralatan yang
menunjang pelaksanaan pekerjaan; (6) sikap pimpinan dalam
kepemimpinannya; dan (7) sifat pekerjaan monoton atau tidak.
Selanjutnya
Hasibuan menjelaskan bahwa tolok ukur tingkat kepuasan yang mutlak
tidak ada karena setiap individu guru berbeda standar kepuasannya.
Indikator kepuasan kerja hanya diukur dengan kedisiplinan, moral kerja,
dan turnover besar maka secara relatif kepuasan kerja guru baik. Sebaliknya jika kedisiplinan. Moral kerja, dan turnover kecil
maka kepuasan kerja guru di sekolah bertambah. Kepuasan kerja adalah
bagian dari kepuasan hidup. Sifat lingkungan seseorang di luar pekerjaan
mempengaruhi perasaan di dalam pekerjaan. Demikian juga halnya karena
pekerjaan merupakan bagian penting kehidupan, kepuasan kerja
mempengaruhi kepuasan hidup seseorang.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan kunci pendorong moral,
kedisiplinan dan prestasi kerja guru dalam mendukung terwujudnya tujuan
pendidikan. Dengan demikian dapatlah ditarik kesimpulan bahwa kepuasan
kerja guru adalah perasaan guru tentang menyenangkan atau tidak mengenai
pekerjaan berdasarkan atas harapan guru dengan imbalan yang diberikan
oleh sekolah/organisasi.
- Teori-Teori Kepuasan Kerja
Wexley (1996) telah mengategorikan teori-teori kepuasan kerja kepada tiga kumpulan utama, yaitu: teori ketidaksesuaian (discrepancy), teori keadilan (equity theory), dan teori dua faktor.
- Teori Ketidaksesuaian
Menurut Locke kepuasan atau ketidak puasan dengan aspek pekerjaan tergantung pada selisih (discrepancy)
antara apa yang dianggap telah didapatkan dengan apa yang diinginkan.
Jumlah yang diinginkan dari karakteristik pekerjaan idefinisikan sebagai
jumlah minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anda. Seseorang
akan terpuaskan jika tidak ada selisih antara kondisi-kondisi yang
diinginkan dengan kondisi aktual. Semakin besar kekurangan dan semakin
banyak hal-hal penting yang diinginkan, semakin besar ketidak puasannya,
Jika lebih banyak jumlah faktor pekerjaan yang diterima secara minimal
dan kelebihannya menguntungkan (misalnya: upah ekstra, jam kerja yang
lebih lama) orang yang bersangkutan akan sama puasnya bila terdapat
selisih dari jumlah yang diinginkan.
Proter
mendefiniskan kepuasan sebagai selisih dari banyaknya sesuatu yang
“seharusnya ada” dengan banyaknya “apa yang ada”. Konsepsi ini pada
dasarnya sama dengan model Locke, tetapi “apa yang seharusnya ada”
menurut Locke berarti penekanan yang lebih banyak pada
pertimbangan-pertimbangan yang adil dan kekurangan atas
kebutuhan-kebutuhan karena determinan dari banyaknya faktor pekerjaan
yang lebih disukai. Studi Wanous dan Laler menemukan bahwa para pekerja
memberikan tanggapan yang berbeda-beda menurut bagaimana
kekurangan/selisih itu didefinisikan.
Keduanya
menyimpulkan bahwa orang memiliki lebih dari satu jenis perasaan
terhadap pekerjaannya, dan tidak ada “cara yang terbaik” yang tersedia
untuk mengukur kepuasan kerja. Kesimpulannya teori ketidaksesuaian
menekankan selisih antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual
(kenyataan), jika ada selisih jauh antara keinginan dan kekurangan yang
ingin dipenuhi dengan kenyataan maka orang menjadi tidak puas. Tetapi
jika kondisi yang diinginkan dan kekurangan yang ingin dipenuhi ternyata
sesuai dengan kenyataan yang didapat maka ia akan puas.
- Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori
keadilan memerinci kondisi-kondisi yang mendasari seorang bekerja akan
menganggap fair dan masuk akal insentif dan keuntungan dalam pekerjaannya.
Teori ini telah dikembangkan oleh Adam dan teori ini merupakan variasi
dari teori proses perbandingan sosial. Komponen utama dari teori ini
adalah “input”, ‘hasil”, ‘orang bandingan” dan ‘keadilan dan ketidak
adilan’.
Input
adalah sesuatu yang bernilai bagi seseorang yang dianggap mendukung
pekerjaannya, seperti: pendidikan, pengalaman, kecakapan, banyaknya
usaha yang dicurahkan, jumlah jam kerja, dan peralatan atau perlengkapan
pribadi yang dipergunakan untuk pekerjaannya. Hasil adalah sesuatu yang
dianggap bernilai oleh seorang pekerja yang diperoleh dari
pekerjaannya, seperti: upah/gaji, keuntungan sampingan, simbol status,
penghargaan, serta kesempatan untuk berhasil atau ekspresi diri.
Menurut teori ini, seorang menilai fair
hasilnya dengan membandingkan hasilnya rasio inputnya dengan hasil
dengan rasio input seseorang/sejumlah orang bandingan. Orang bandingan
mungkin saja dari orang-orang dalam organisasi maupun organisasi lain
dan bahkan dengan dirinya sendiri dengan pekerjaan-pekerjaan
pendahulunya. Teori ini tidak memerinci bagaimana seorang memilih orang
bandingan atau berapa banyak orang bandingan yang akan digunakan. Jika
rasio hasil input seorang pekerja adalah sama atau sebanding dengan
rasio orang bandingannya, maka suatu keadaan adil dianggap ada oleh para
pekerja.
Jika
para pekerja menganggap perbandingan tersebut tidak adil, maka keadaan
ketidakadilan dianggap adil. Ketidakadilan merupakan sumber
ketidakpuasan kerja dan ketidakadilan menyertai keadaan tidak berimbang
yang menjadi motif tindakan bagi seseorang untuk menegakkan keadilan.
Tabel berikut ini merinci kondisi-kondisi dimana ketidakadilan karena
kompensasi lebih, dan ketidakadilan karena kompensasi kurang, menganggap
bahwa input total dan hasil total dikotomi pada skala nilai sebagai
‘tinggi” atau ‘rendah”.
Tingkat
ketidakadilan akan ditentukan atas dasar besarnya perbedaan antar rasio
hasil input seseorang pekerja dengan rasio hasil dengan input orang
bandingan, dianggap semakin besar ketidakadilan. Teori keadilan memiliki
implikasi terhadap pelaksanaan kerja para pekerja disamping terhadap
kepuasan kerja. Teori ini meramalkan bahwa seorang pekerja akan mengubah
input usahanya bila tindakan ini lebih layak daripada reaksi lainnya
terhadap ketidakadilan.
Seorang
pekerja yang mendapat kompensasi kurang dan dibayar penggajian
berdasarkan jam kerja akan mengakibatkan keadilan dengan menurunkan
input usahanya, dengan demikian mengurangi kualitas atau kuantitas dari
pelaksanaan kerjanya, jika seorang pekerja mendapatkan kompensasi kurang
dari porsi substansinya gaji atau upahnya terkait pada kualitas
pelaksanaan kerja (misalnya upah perpotong) ia akan meningkatkan
pendapatan insentifnya tanpa meningkatkan usahanya. Jika pengendalian
kualitas tidak ketat, pekerja biasanya dapat meningkatkan kuantitas
outputnya tanpa usaha ekstra dengan mengurangi kualitasnya.
Kesimpulannya teori keadilan ini memandang kepuasan adalah seseorang
terhadap
keadilan atau kewajaran imbalan yang diterima. Keadilan diartikan
sebagai rasio antara input (misalnya, pendidikan guru, pengalaman
mengajar, jumlah jam mengajar, banyaknya usaha yang dicurahkan pada
sekolah) dengan output (misalnya upah/gaji, penghargaan,
promosi/kenaikan pangkat) dibandingkan dengan guru lain di sekolah yang
sama atau di sekolah lain pada input dan output yang sama.
- Teori Dua Faktor
Teori
ini diperkenalkan oleh Herzberg (1959) berdasarkan atas penelitian yang
dilakukan terhadap 250 responden pada sembilan buah perusahaan di
Pittsburg. Dalam penelitian tersebut Herzberg ingin menguji hubungan
kepuasan dengan produktivitas. Menurut Herzberg dalam Sedarmayanti
(2001) mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori dua
faltor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor pemuas (motivation factor) yang disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara (maintenance factor) yang disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation.
Faktor
pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan fakor pendorong
seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang
tersebut (kondisi intrinsik) antara lain: (1) prestasi yang diraih (achievement); (2) Pengakuan orang lain (recognition); (3) tanggungjawab (responsibility); (4) Peluang untuk maju (advancement); (5) kepuasan kerja itu sendiri (the work it self); dan (6) kemungkinan pengembangan karir (the possibility of growth).
Sedangkan faktor pemelihara (maintenance factor) disebut juga hygiene factor merupakan
faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara
keberadaan guru sebagai manusia, pemeliharaan ketenteraman dan
kesehatan. Faktor ini juga disebut dissatisfier (sumber
ketidakpuasan) yang merupakan tempat pemenuhan kebutuhan tingkat rendah
yang dikualifikasikan ke dalam faktor ekstrinsik, meliputi: (1)
kompensasi; (2) keamanan dan keselamatan kerja; (3) kondisi kerja; (4)
status; (5) prosedur perusahaan; dan (6) mutu dari supevisi teknis dari
hubungan interpersonal di antara teman, sejawat, dengan atasan, dan
dengan guru.
Kesimpulannya
dalam teori dua faktor bahwa terdapat faktor pendorong yang berkaitan
dengan perasaan positif terhadap pekerjaan sehingga membawa kepuasan
kerja, dan yang kedua faktor yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan
kerja.
Kepuasan kerja adalah motivator primer yang berkaitan dengan pekerjaan
itu sendiri, sebaliknya ketidakpuasan pada dasarnya berkaitan dengan
memuaskan
anggota organisasi dan menjaga mereka tetap dalam organisasi dan itu berkaitan dengan lingkungan.
Guru
yang merasa puas dengan pekerjaaanya akan memiliki sikap yang positif
dengan pekerjaan sehingga akan memacu untuk melakukan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya, sebaliknya adanya kemangkiran, hasil kerja yang buruk,
mengajar kurang bergairah, pencurian, prestasi yang rendah,
perpindahan/pergantian guru merupakan akibat dari ketidakpuasan guru
atas perlakuan organisasi terhadap dirinya.
Guru
akan merasa puas bekerja jika memiliki persepsi selisih antara kondisi
yang diinginkan dan kekurangan dapat dipenuhi sesuai kondisi aktual
(kenyataan), guru akan puas jika imbalan yang diterima seimbang dengan
tenaga dan ongkos individu yang telah dikeluarkan, dan guru akan puas
jika terdapat faktor yang pencetus kepuasan kerja (satisfier) lebih dominan daripada faktor pencetus ketidakpuasan kerja (disatisfier).
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Davis dan Newstroom (2002) merinci faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, yaitu:
- Usia. Ketika para guru makin bertambah lanjut usianya. Mereka cenderung sedikit lebih puas dengan pekerjaannya. Guru yang lebih muda cenderung kurang puas karena berpengharapan tinggi, kurang penyesuaian dan berbagai sebab lain,
- Tingkat pekerjaan. Orang-orang dengan pekerjaan pada tingkat lebih tinggi cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka.. Mereka biasanya memperoleh gaji dan kondisi kerja lebih baik, dan pekerjaan yang dilakukan memberi peluang untuk merasa lebih puas,
- Ukuran organisasi. Pada saat organisasi semakin besar, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kepuasan kerja cenderung agak menurun apabila tidak diambil tindakan perbaikan untuk mengimbangi kecenderungan itu.
Menurut Roy dan Raja dalam Pareek (1984:132) faktor yang mendorong kepuasan kerja dan kekecawaan kerja meliputi:
- Promosi merupakan perangsang yang paling penting dan juga merupakan penyebab kekecewaan yang paling penting di antara para penyelia dan para manajer,
- Pengakuan merupakan faktor pekerjaan yang paling penting dalam kaitan dengan kepuasan dan kekecewaan kerja,
- Diantara faktor-faktor yang membantu terjadinya kekecewaan, yang paling sering disebut-sebut adalah tidak adanya kebijakan organisasi dan admistrasi yang memadai, tidak adanya penyelia yang simpatik dan cakap secara teknis, sifat tidak ramah dan sombong dan tidak adanya peluang untuk tumbuh,
- Faktor-faktor kerja yang menyebabkan kepuasan dan kekecewaan di antara para manajer dan para penyelia berlainan dengan faktor-faktor di antara para pekerja biasa. Misalnya gaji dan keamanan kerja menonjol sebagai dua faktor yang penting bagi kepuasan kerja di antara pekerja, sedangkan para manajer hal ini hampir selalu tergeser ke urutan paling bawah dalam hirarki kepentingan. Tingkat jabatan rupanya mempengaruhi persepsi tentang kebutuhan,
- Tidak terdapat fakta-fakta yang jelas yang membedakan manajer dan penyelia berkenaan dengan sumber kepuasan dan sumber kekecewaan. Tetapi mereka berbeda dalam persepsi atas kebutuhan. Para penyelia lini pertama menghargai penghasilan, promosi, keamanan kerja, dan keadaan kerja. Para manajer menengah paling menghargai kemajuan, jenis pekerjaan dan penghasilan. Sebaliknya, para manajer paling atas menghargai rasa mempunyai kecakapan yang berguna, pengakuan atas pekerjaan baik yang telah dilakukannya dan wewenang untuk mengambil putusan. Hal ini menunjukkan pergeseran dari faktor hubungan kerja ke faktor isi kerja atau dari kebutuhan tingkat rendah ke tingkat tinggi,
- Para manajer dalam industri swasta dan industri pemerintah ternyata tidak berbeda dalam tingkat kepuasan pekerjaan. Mereka juga secara serupa dipengaruhi oleh motivator. Motivator dan higine berbeda caranya dalam menambah kepuasan dan ketidakpuasan jika bagi para manajer sektor pemerintah motivator lebih menambah kepuasan, bagi para eksekutif dari sektor swasta motivator lebih menimbulkan rasa kurang puas,
- Tidak ada bukti yang menunjukkan pengaruh kepuasan kerja terhadap variabel hasil seperti prestasi keterlibatan kerja,
- Baik variabel perorangan (misalnya pendidikan, tingkat penghasilan) maupun variabel organisasi (misalnya jenis pekerjaan lini staf, struktur organisasi yang tinggi/datar) kelihatan tidak banyak mempengaruhi motivasi, yakni pentingnya kebutuhan, pemenuhan kebutuhan, harapan, kekurangan (dan pilihan tentang hal yang membuat puas dan yang membuat tidak puas).
Menurut Eburt faktor-faktor yang ikut menentukan kepuasan kerja sebagai berikut:
- Faktor hubungan antara karyawan:
- Hubungan langsung antara manajer dengan karyawan,
- Faktor psikis dan kondisi kerja,
- Sugesti teman sekerja,
- Emosi dan situasi kerja.
- Faktor individual:
- Sikap,
- Umur,
- Jenis Kelamin.
- Faktor-faktor luar:
- Keadaan keluarga,
- Rekreasi,
- Pendidikan.
George dan Jones memberikan perbandingan antara kedua nilai kerja sebagai berikut dalam uraian di bawah ini:
Nilai kerja intrinsik Nilai kerja ekstrinsik
- Kerja yang menarik - Gaji tinggi
- Kerja yang menantang - Keamanan kerja
- Belajar sesuatu yang baru - Keuntungan kerja
- Membuat kontribusi penting - Status komunitas lebih luas
- Berpotensi tinggi - Kontak sosial
- Tanggung jawab dan otonomi - Waktu dengan keluarga
- Menjadi kreatif - Waktu untuk hobi
- Kerja yang menantang - Keamanan kerja
- Belajar sesuatu yang baru - Keuntungan kerja
- Membuat kontribusi penting - Status komunitas lebih luas
- Berpotensi tinggi - Kontak sosial
- Tanggung jawab dan otonomi - Waktu dengan keluarga
- Menjadi kreatif - Waktu untuk hobi
Jika mengacu pada George dan Jones (2002) kepuasan kerja merupakan kumpulan feelings dan beliefes yang dimiliki orang tentang pekerjaannya. Sementara itu Ghiselli dan Borown dalam As’ad (2000) merinci faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan, yaitu:
- Kedudukan (posisi). Seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas dibandingkan dengan mereka yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah,
- Pangkat (golongan). Pekerjaan yang mendasarkan pada perbedaan pangkat atau golongan, sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Jika ada kenaikan upah maka sedikit atau banyaknya upah yang dianggap sebagai kenaikan pangkat dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru akan berubah perilaku dan perasaan,
- Umur. Umur memiliki hubungan dengan kepuasan kerja guru. Umur diantara 25 tahun sampai 34 tahun dan umur 45 sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan puas terhadap pekerjaan,
- Jaminan finansial dan jaminan sosial. Masalah finansial dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Seorang guru yang mendapatkan gaji atau mendapatkan tunjangan tinggi maka akan memperoleh kepuasan,
- Mutu pengawasan. Kepuasan guru ditentukan oleh perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada guru, sehingga guru akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja.
Indikator kepuasan atau ketidakpuasan kerja pegawai dapat diperlihatkan oleh beberapa aspek diantaranya:
- Jumlah kehadiran pegawai atau jumlah kemangkiran,
- Perasaan senang atau tidak senang dalam melaksanakan pekerjaan,
- Perasaan adil atau tidak adil dalam menerima imbalan,
- Suka atau tidak suka dengan jabatan yang dipegangnya.
- Sikap menolak pekerjaan atau menerima dengan penuh tanggung jawab.
Fungsi kepuasan kerja
Menurut
Strauss dan Sayles (1980: 5-6) kepuasan kerja penting untuk aktualisasi
diri. Guru yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah untuk
mencapai kematangan psikologis dan akan menjadi frustrasi
yang menyebabkan guru akan senang melamun, mempunyai semangat kerja
rendah, cepat lelah atau bosan, emosi tidak stabil, sering absen dan
mengakibatkan turunnya kinerja guru dan sebaliknya. Oleh karena itu
kepuasan kerja mempunyai arti yang penting, baik bagi guru maupun
sekolah terutama karena menciptakan keadaan positif dalam lingkungan
kerja (Handoko, 1987: 145-146).
Pengukuran kepuasan kerja
Pengukuran
kepuasan kerja sangat bervariasi. informasi yang didapat dari kepuasan
kerja ini bisa melalui tanya jawab secara perorangan, dengan angket
ataupun dengan pertemuan suatu kelompok kerja. Kalau menggunakan tanya
jawab sebagai alatnya, maka guru diminta untuk merumuskan tentang
perasaannya terhadap aspek-aspek pekerjaan. Cara lain adalah dengan
mengamati sikap dan tingkah laku orang tersebut (As’ad,1987:111). Di
dalam pengukuran kepuasan kerja, metode yang digunakan adalah dengan
membuat kuesioner yang berhubungan dengan masalah kepuasan kerja yang
meliputi faktor finansial, faktor fisik, faktor sosial dan faktor
psikologi, yang kemudian disebar pada responden untuk dijawab atau diisi
sesuai keadaan yang sebenarnya.
Kepuasan
kerja merupakan sikap positif yang menyangkut penyesuaian guru terhadap
faktor-faktor yang, mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja, meliputi:
- Faktor kepuasan finansial, yaitu terpenuhinya keinginan guru terhadap kebutuhan finansial yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga kepuasan kerja bagi guru dapat terpenuhi. Hal ini meliputi; sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan serta promosi (As’ad, 1987:118),
- Faktor kepuasan fisik, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik guru. Hal ini meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan/suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan guru dan umur (As’ad, 1987:117),
- Faktor kepuasan sosial, yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama guru, dengan atasannya maupun guru yang berbeda jenis pekerjaannya. Hal ini meliputi rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana, serta pengarahan dan perintah yang wajar (Husnan, 1986:194),
- Faktor Kepuasan Psikologi, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan guru. Hal ini meliputi; minat, ketenteraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan (As’ad,1987:117).
Dari
definisi faktor-faktor di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan kerja yang memiliki peran
yang penting bagi sekolah dalam memilih dan menempatkan guru dalam
pekerjaannya dan sebagai partner usahanya agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan atau sepantasnya dilakukan.
- Korelasi Kepuasan Kerja
Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif atau negatif. Kekuatan hubungan mempunyai
rentang dari lemah sampai kuat. Hubungan yang kuat menunjukkan bahwa
atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan
meningkatkan kepuasan kerja (Kinicki, 2001:226).
Beberapa korelasi kepuasan kerja sebagai berikut:
- Motivasi
Antara
motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan
signifikan. Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai
korelasi signifikan dengan motivasi, atasan/manajer disarankan
mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja
sehingga mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja
melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja.
- Pelibatan kerja
Hal
ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan
dengan peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan
kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat
lingkungan kerja yang memuaskan untuk meningkatkan keterlibatan kerja
pekerja.
- Organizational citizenship behavior
Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya.
- Organizational commitment
Mencerminkan
tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan
mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan
kepuasan terdapat hubungan yang signifikan dan kuat, karena
meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih
tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat meningkatkan
produktivitas kerja.
- Ketidakhadiran (absenteisme)
Antara
ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan
kata lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.
6) Perputaran (Turnover)
Hubungan
antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran
dapat mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga diharapkan
atasan/manajer dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi
perputaran.
- Perasaan stres
Antara
perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif
dimana dengan meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak negatif
stres.
- Prestasi kerja/kinerja
Terdapat
hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Sementara
itu menurut Gibson (2000:110) menggambarkan hubungan timbal balik antara
kepuasan dan kinerja. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja menyebabkan
peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Di
sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau
prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan
kepuasan.
- Mengukur Kepuasan Kerja
Pengukuran
kepuasan kerja ternyata sangat bervariasi, baik dari segi analisa
statistik maupun dari segi pengumpulan datanya. Informasi yang didapat
dari kepuasan kerja ini biasanya melalui tanya jawab secara perorangan,
dengan angket maupun dengan pertemuan kelompok kerja (Riggio:2005).
Dalam semua kasus, kepuasan kerja diukur dengan kuesioner laporan diri
yang diisi oleh karyawan. Pengukuran kepuasan kerja dapat dilakukan
melalui beberapa pendekatan, yaitu kepuasan kerja dilihat sebagai konsep
global, kepuasan kerja dilihat sebagai konsep permukaan, dan sebagai
fungsi kebutuhan yang terpenuhkan.
- Pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai konsep global
Konsep
ini merupakan konsep satu dimensi, semacam ringkasan psikologi dari
semua aspek pekerjaan yang disukai atau tidak disukai dari suatu
jabatan. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner satu
pertanyaan (soal). Cara ini memiliki sejumlah kelebihan, diantaranya
adalah tidak ada biaya pengembangan dan dapat dimengerti oleh mereka
yang ditanyai. Selain itu cara ini cepat, mudah diadministrasikan dan
diberi nilai. Kuesioner satu pertanyaan menyediakan ruang yang cukup
banyak bagi penafsiran pribadi dari pertanyaan yang diajukan. Responden
akan menjawab berdasarkan gaji, sifat pekerjaan, iklim sosial
organisasi, dan sebagainya.
- Pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai konsep permukaan
Konsep ini menggunakan konsep facet
(permukaan) atau komponen, yang menganggap bahwa kepuasan karyawan
dengan berbagai aspek situasi kerja yang berbeda dapat bervariasi secara
bebas dan harus diukur secara terpisah. Diantara konsep facet yang
dapat diperiksa adalah beban kerja, keamanan kerja, kompetensi, kondisi
kerja, status dan prestise kerja. Kecocokan rekan kerja, kebijaksanaan
penilaian perusahaan, praktek manajemen, hubungan atasan-bawahan,
otonomi dan tanggung jawab jabatan, kesempatan untuk menggunakan
pengetahuan dan keterampilan, serta kesempatan untuk pertumbuhan dan
pengembangan.
- Pengukuran kepuasan kerja dilihat sebagai kebutuhan yang terpenuhkan
Yaitu
suatu pendekatan terhadap pengukuran kepuasan kerja yang tidak
menggunakan asumsi bahwa semua orang memiliki perasaan yang sama
mengenai aspek tertentu dari situasi kerja, pendekatan ini dikembangkan
oleh Porter. Kuesioner Porter didasarkan pada pendekatan teori kebutuhan
akan kepuasan kerja. Kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan yang
berkaitan dengan kebutuhan akan rasa aman, penghargaan, otonomi, sosial,
dan aktualisasi diri.
Berdasarkan
kebutuhan dan persepsi orang itu sendiri mengenai jabatannya, tiap
responden menjawab tiga pertanyaan mengenai masing-masing pertanyaan:
(1) berapa yang ada sekarang? (2) berapa seharusnya? (3) bagaimana
pentingnya hal ini bagi saya? Berdasarkan tanggapan terhadap pertanyaan
mengenai pemenuhan kebutuhan kerja tersebut, kepuasan kerja diukur
dengan perbedaan antara “berapa yang ada sekarang?” dan “berapa yang
seharusnya?”, semakin kecil perbedaan, maka semakin besar kepuasannya.
Nilai
yang terpisah dihitung untuk masing-masing dari lima kategori
kebutuhan. Pertanyaan “bagaimana pentingnya hal ini bagi saya?”
memberikan kepada penyelia ukuran kekuatan relatif dari masing-masing
kebutuhan bagi tiap responden. Pendapat lain, Greenberg dan Baron
menunjukkan tiga cara untuk melakukan pengukuran kepuasan kerja yaitu :
- Rating Scale dan Kuesioner
Dengan
metode ini orang menjawab pertanyaan dari kuesioner yang menggunakan
rating scales sehingga mereka melaporkan reaksi mereka pada pekerjaan
mereka.
- Critical incidents
Individu
menjelaskan kejadian yang menghubungkan pekerjaan mereka yang dirasaka
terutama memuaskan atau tidak memuaskan. Jawaban mereka dipelajari untuk
mengungkap tema yang mendasari. Sebagai contoh misalnya apabila banyak
pekerja yang menyebutkan situasi pekerjaan dimana mereka mendapatkan
perlakuan kurang baik oleh supervisor atau sebaliknya.
- Interviews
Dengan
melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja dapat diketahui sikap
mereka secara langsung dan dapat mengembangkan lebih dalam dengan
menggunakan kuesioner yang terstruktur.
Menurut Robbins pengukuran kepuasan kerja sebagai berikut:
- Single global rating, yaitu tidak lain dengan minta individu merespons atas satu pertanyaan seperti: dengan mempertimbangkan semua hal, seberapa puas anda dengan pekerjaan anda? Responden menjawab antara highly statisfied dan high dissatisfied,
- Summation score lebih canggih. Mengidentifikasi elemen kunci dalam pekerjaan dan menanyakan perasaan pekerja tentang masing-masing elemen. Faktor spesifik yang diperhitungkan adalah : sifat pekerjaan, supervisi, upah, sekarang, kesempatan promosi dan hubungan dengan coworker. Faktor ini di peringkat pada skala yang distandarkan dan ditambahkan untuk menciptakan job stratisfiction score (JDI) secara menyeluruh.
- Pengaruh Kepuasan Kerja
- Terhadap Produktivitas
Orang
berpendapat produktivitas dapat dinaikkan dengan meningkatkan kepuasan
kerja. Kepuasan kerja mungkin merupakan akibat dari produktivitas atau
sebaliknya. Produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari
kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa apa yang
telah dicapai perusahaan sesuai dengan apa yang mereka terima (upah)
yaitu adil dan wajar serta diasosiasikan dengan performa kerja yang
unggul. Dengan kata lain bahwa performansi kerja menunjukkan tingkat
kepuasan kerja seorang pekerja, karena perusahaan dapat mengetahui
aspek-aspek pekerjaan dari tingkat keberhasilan yang diharapkan.
- Ketidakhadiran (absenteisme)
Menurut
Porter dan Steers ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang
mencerminkan ketidakpuasan kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan
kerja dengan ketidakhadiran. Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir
yaitu motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir. Sementara itu
menurut Wibowo (2007:312) antara kepuasan dan ketidakhadiran/kemangkiran
menunjukkan korelasi negatif. Sebagai contoh perusahaan memberikan cuti
sakit atau cuti kerja dengan bebas tanpa sanksi atau denda termasuk
kepada pekerja yang sangat puas.
- Keluarnya pekerja (turnover)
Sedangkan
berhenti atau keluar dari pekerjaan mempunyai akibat ekonomis yang
besar, maka besar kemungkinannya berhubungan dengan ketidakpuasan kerja.
Menurut Robbins (1998), ketidakpuasan kerja pada pekerja dapat
diungkapkan dalam berbagai cara misalnya selain dengan meninggalkan
pekerjaan, mengeluh, membangkang, mencuri barang milik organisasi,
menghindari sebagian tanggung jawab pekerjaan mereka dan lainnya.
- Cara Tenaga Kerja Mengungkapkan Ketidakpuasan
Ada empat cara tenaga kerja mengungkapkan ketidakpuasan Robbins (2003):
- Keluar (exit) yaitu meninggalkan pekerjaan termasuk mencari pekerjaan lain,
- Menyuarakan (voice) yaitu memberikan saran perbaikan dan mendiskusikan masalah dengan atasan untuk memperbaiki kondisi,
- Mengabaikan (neglect) yaitu sikap dengan membiarkan keadaan menjadi lebih buruk seperti sering absen atau semakin sering membuat kesalahan,
- Kesetiaan (loyality) yaitu menunggu secara pasif samapi kondisi menjadi lebih baik termasuk membela perusahaan terhadap kritik dari luar.
- Dimensi Kepuasan Kerja
Kepuasan
merupakan suatu sikap yang dimiliki oleh para individu sehubungan
dengan jabatan atau pekerjaan mereka. Ia timbul dari persepsi mereka
tentang jabatan atau pekerjaan mereka. Kepuasan jabatan timbul karena
aneka macam aspek dari jabatan atau pekerjaan seperti misalnya : imbalan
berupa uang, peluang untuk promosi, supervisor, para rekan sekerja.
Kepuasan pekerjaan juga berasal dari faktor-faktor yang berhubungan
dengan lingkungan pekerjaan.
Gaya
supervisor, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur, afiliasi
kelompok kerja, kondisi-kondisi kerja, dan imbalan-imbalan lain di luar
gaji. Ada lima dimensi yaitu:
- Gaji atau upah yang diterima adalah jumlah gaji atau upah yang diterima dan kelayakan imbalan tersebut,
- Pekerjaan adalah tingkat hingga di mana tugas-tugas pekerjaan dianggap menarik dan memberikan peluang untuk belajar dan menerima tanggung jawab,
- Peluang-peluang promosi adalah tersedianya peluang-peluang untuk mencapai kemajuan dalam jabatan,
- Supervisor adalah kemampuan sang supervisor untuk menunjukkan perhatian terhadap karyawan,
- Para rekan sekerja adalah tingkat hingga di mana para rekan sekerja bersikap bersahabat, kompeten, dan saling bantu membantu.
Dimana
kelima macam dimensi kepuasan jabatan telah diukur dalam studi tertentu
dimana menggunakan apa yang dinamakan Indeks Deskiptif Jabatan (Job Descriptive Index).
Yang diberi hak cipta kepada Bowling Green State University di Amerika
Serikat (dalam Winardi, 2009:217). Dimana dimensi masing-masing dapat
digambarkan sebagai berikut:
- Pekerjaan:
- Rutin,
- Kreatif,
- Menjemukan.
- Supervise
- Meminta pandangan saya,
- Memuji karya baik,
- Tidak cukup melaksanakan supervisi,
- Memberitahukan keadaan saya.
- Orang-orang
- Merangsang,
- Ambisius,
- Terlampau banyak berbicara,
- Sulit dihadapi.
- Gaji atau upah
- Penghasilan cukup untuk pengeluaran-pengeluaran normal,
- Terlampau rendah,
- Kurang dibandingkan dengan apa yang seharusnya saya terima,
- Pembayaran sangat tinggi.
- Promosi-promosi
- Peluang baik untuk maju,
- Promosi berdasarkan kemampuan,
- Pekerjaan tanpa harapan maju,
- Kebijaksanaan promosi tidak fair.
Penelitian
oleh Stanton, pengukuran kepuasan kerja menggunakan Job Descriptive
Index. Dengan sampel 636 di universitas dan 1.534 di nasional.
- Pekerjaan
- Memberikan rasa keberhasilan,
- Membosankan,
- Memuaskan,
- Tidak menarik,
- Menantang.
- Gaji
- Adil,
- Rendah,
- Pendapatan yang memadai untuk biaya promosi,
- Dibayar dengan baik,
- Aman.
- Promosi
- Kesempatan untuk promosi,
- Pekerjaan buntu,
- Promosi pada kemampuan,
- Kesempatan baik untuk promosi,
- Kebijakan promosi tidak adil.
- Supervise
- Memuji kerja yang baik,
- Menjengkelkan,
- Bijaksana,
- Buruk,
- Up to Date.
- Rekan sekerja
- Bermanfaat,
- Membosankan,
- Cerdas,
- Malas,
- Bertanggung jawab.
- Meningkatkan Kepuasan Kerja
Greenberg dan Baron (2003:159) memberikan saran untuk mencegah ketidakpuasan dan meningkatkan kepuasan dengan cara:
- Membuat pekerjaan yang menyenangkan
Karena pekerjaan yang mereka senang kerjakan daripada yang membosankan akan membuat orang menjadi lebih puas.
- Orang dibayar dengan jujur
Orang yang percaya bahwa sistem pengupahan/penggajian tidak jujur cendrung tidak puas dengan pekerjaannya.
- Mempertemukan orang dengan pekerjaan yang cocok dengan minatnya.
Semakin
banyak orang menemukan bahwa mereka dapat memenuhi kepentingannya di
tempat kerja, semakin puas mereka dengan pekerjaannya.
- Menghindari kebosanan dan pekerjaan beruang-ulang
Kebanyakan
orang cenderung mendapatkan sedikit kepuasan dalam melakukan pekerjaan
yang sangat membosankan dan berulang. Karena orang jauh lebih puas
dengan pekerjaan yang meyakinkan mereka memperoleh sukses dengan secara
bebas melakukan kontrol atas cara mereka melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut Riggio, peningkatan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Melakukan perubahan struktur kerja
Misalnya dengan melakukan perputaran pekerjaan (job rotation), yaitu sebuah sistem perubahan pekerjaan dari salah satu tipe tugas ke tugas yang lainnya (yang disesuaikan dengan job description). Cara kedua yang harus dilakukan adalah dengan pemekaran (job enlargement),
atau perluasan satu pekerjaan sebagai tambahan dan bermacam-macam tugas
pekerjaan. Praktek untuk para pekerja yang menerima tugas-tugas
tambahan dan bervariasi dalam usaha untuk membuat mereka merasakan bahwa
mereka adalah lebih dari sekedar anggota dari organisasi.
- Melakukan perubahan struktur pembayaran
Perubahan sistem pembayaran ini dilakukan dengan berdasarkan pada keahliannya (skill-based pay),
yaitu pembayaran dimana para pekerja digaji berdasarkan pengetahuan dan
keterampilannya daripada posisinya di perusahaan. Pembayaran kedua
dilakukan berdasarkan jasanya (merit pay), sistem pembayaran dimana pekerja digaji berdasarkan performance-nya,
pencapaian finansial pekerja berdasarkan pada hasil yang dicapai oleh
individu itu sendiri. Dan pembayaran yang ketiga adalah Gainsharing atau pembayaran berdasarkan pada keberhasilan kelompok (keuntungan dibagi kepada seluruh anggota kelompok).
- Pemberian jadwal kerja yang fleksibel
Dengan
memberikan kontrol pada para pekerja mengenai pekerjaan sehari-hari
mereka, yang sangat penting untuk mereka yang bekerja di daerah padat,
dimana pekerja tidak bisa bekerja tepat waktu atau untuk mereka yang
mempunyai tanggung jawab pada anak-anak. Compressed work week
(pekerjaan mingguan yang dipadatkan), dimana jumlah pekerjaan per
harinya dikurangi sedang jumlah jam pekerjaan per hari ditingkatkan.
Cara yang kedua adalah dengan sistem penjadwalan dimana seorang pekerja
menjalankan sejumlah jam khusus per minggu (Flextime), tetapi tetap mempunyai fleksibilitas kapan mulai dan mengakhiri pekerjaannya.
- Mengadakan program yang mendukung
Perusahaan mengadakan program-program yang dirasakan dapat meningkatkan kepuasan kerja para karyawan, seperti; health center, profit sharing, employee sponsored child care, dan lain-lain.
- Kepuasan Kerja Guru
Ada
dua pendekatan pokok dalam mengukur kepuasan kerja yaitu pendekatan
global dan pendekatan segi. Pendekatan segi banyak digunakan untuk
meninjau masalah kepuasan kerja (Smith dalam Hadjam dan Nasiruddin,
2003). Disebutkan bahwa kepuasan kerja disusun oleh aspek-aspek kepuasan
terhadap pekerjaan itu sendiri, seperti gaji/imbalan yang diterima,
kesempatan untuk promosi dan pengembangan karir, kualitas supervisor dan
hubungan dengan rekan kerja.
Aspek-aspek lain yang terdapat dalam kepuasan kerja :
- Kerja yang secara mental menantang, kebanyakan karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustrasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan,
- Ganjaran yang pantas, para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang menakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka,
- Kondisi kerja yang mendukung, karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrem (terlalu banyak atau sedikit),
- Rekan kerja yang mendukung, orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenangkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan,
- Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka,
Hal
ini sejalan dengan Gibson (2000) yang mengemukakan lima hal yang
terutama mempunyai karakteristik penting berkaitan dengan pengukuran
kepuasan
kerja yaitu: (1) pembayaran: suatu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari pembayaran; (2) pekerjaan:
sampai sejauh mana tugas kerja dianggap menarik dan memberikan
kesempatan untuk belajar dan untuk menerima tanggung jawab; (3) kesempatan promosi: adanya kesempatan untuk maju; (4) penyelia: kemampuan penyelia untuk memperlihatkan ketertarikan dan perhatian kepada pekerja.; (5) rekan sekerja:
sampai sejauh mana rekan sekerja bersahabat, kompeten dan mendukung.
Dimensi tersebut juga telah dikembangkan oleh para peneliti dari Cornel
University dalam Job Descriptive Index untuk
menilai kepuasan kerja seseorang dengan dimensi kerja berikut:
pekerjaan, upah, promosi, rekan sekerja dan pengawasan (Kreitner, 2003).
Kepuasan
kerja guru ditunjukkan oleh sikapnya dalam bekerja/mengajar. Jika guru
puas akan keadaan yang mempengaruhi dia maka dia akan bekerja dengan
baik/mengajar dengan baik. Tetapi jika guru kurang puas maka dia akan
mengajar sesuai kehendaknya. Misalnya seorang kepala sekolah mungkin
menyimpulkan bahwa “Pak Daliansyah tampaknya sangat senang dengan
promosinya sebagai wakil kepala sekolah yang sekarang”. Pak Daliansyah
kelihatan puas dengan keadaan yang mempengaruhi dia maka dia mengajar
dengan baik dan bersemangat.
Konsep
kepuasan kerja guru dalam hubungannya dalam penelitian ini adalah
pendekatan segi banyak digunakan untuk meninjau masalah kepuasan kerja
(Smith dalam Hadjam dan Nasiruddin, 2003). Jadi kepuasan kerja adalah
sikap dan perasaan puas atau tidak puas seorang guru terhadap pekerjaan
yang merupakan hasil penilaian yang bersifat subyektif terhadap
aspek-aspek pekerjaan itu sendiri, gaji yang diterima, kesempatan untuk
promosi dan pengembangan karir, kualitas kepala sekolah sebagai
supervisor, dan hubungan dengan rekan sekerja.
sngat bermanfaat bagi saya, kalau ada makalah sejenis tentang Person Organization Fit (P-O Fit) mohon di informasikan
BalasHapusterima kasih ya pak atas ilmu2nya
BalasHapusit's wonderful.. sangat bermanfaat sekali untuk pelajar, seperti saya.
BalasHapusit's wonderful.. sangat bermanfaat sekali untuk pelajar, seperti saya.
BalasHapusmkasih atas materi yg ada
BalasHapuscoz bgusss bgttttttt
bagus nih artikel,,,,,
BalasHapusmantaps,,,,,
BalasHapussaya sgt tertarik neh dgn artikel
BalasHapussaya bermanfaat, kalau ada makalah tentang pendidikan mohon di share ke saya..makasi
BalasHapussangat bermanfaat utk tugas2 kuliah saya
BalasHapusbagus
BalasHapusbagus materinya selamat pak
BalasHapussangat bermanfaat buat pengetahuan dan dapat meningkatkan kerja ya
BalasHapussangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan referensi demi meningkatkan kerja
BalasHapusterimakasih informasinya sangat membantu saya dalam menyelesaikan tugas kuliah
BalasHapusterima kasih nfonya sangat bermanfaat sekali
BalasHapusanonim mar 23, 2012 22.20 am
BalasHapusterima kasih infonya sangat berguna bagi tugas kuliah saya
Saya sangat senang membaca tulisan ini
BalasHapuspermisi dan terima kasih artikelnya,
BalasHapussangar bermanfaat
BalasHapusterima kasih
BalasHapussangat membantu sekali buat penyusunan skripsi saya...terima kasih
BalasHapusoke banget berguna utk tugas sy
BalasHapusterima kasih, ini sangat membantu kami dalam belajar mata kuliah supervisi pendidikan
BalasHapusArtikel yg sangat membantu saya mengerjakan tugas kuliah...
BalasHapusterima kasih.....semoga semakin sukses...
terima kasih, sy sangat terbantu oleh artikel ini
BalasHapusthank u mister
BalasHapusterimakasih, sangat membantu tugas kuliah..
BalasHapusthank you...I really need it
BalasHapussipp
BalasHapusThis parаgraph ρresents clear
BalasHapusidea in favor of the nеw vіsitors of blogging, thаt
аctuаllу how to do blοgging.
Also visit my weblog click through the up coming internet Page
obvіоusly liκe your ωebsіte howеνer уou haνe
BalasHapusto check the ѕpelling on sеveral of your pоsts.
A numbеr οf them arе rіfe wіth ѕpelling problеmѕ and I
find іt very trοubleѕomе to іnfοrm the truth howeѵer I'll certainly come again again.
My page; click through the following internet site
This іs а toρic which is neaг to my
BalasHapusheart... Cheеrs! Еxaсtly wheге аге your contact detаils thοugh?
Haνе а lоoκ at my blog ... More Suggestions
My web site > visit the up coming website
Helpful іnfo. Lucky mе I disсoѵered your wеbsite accіdentally, аnd I аm
BalasHapussurprіsed why thiѕ aссidеnt dіd nοt came about in adνanсe!
I boοkmarkeԁ it.
my blog :: next page
Also see my webpage - click through the up coming web page
Тhis is really іntereѕtіng, You're an overly professional blogger. I've јoined youг feed аnd sit uр
BalasHapusfor in the hunt for more of your mаgnificent
ρost. Also, I've shared your website in my social networks
Here is my web blog: http://ii-contact.com/oxwall/link/2214
my website > Http://rencontrelamour.Fr/dorotheae
Gоoԁ aгtіclе. I abѕolutеly аρprecіate this webѕite.
BalasHapusKeep іt up!
Heгe is my wеb blog :: www.sfgate.com
Ӏ'm extremely impressed along with your writing talents and also with the layout in your blog. Is that this a paid theme or did you customize it yourself? Anyway stay up the nice high quality writing, it is uncommon to see a nice blog like this one nowadays..
BalasHapusStop by my blog ... v2 cigs review
Sangat bermanfaat ,dan membantu kami dalam menyusun tesis
BalasHapusterima kasih banyak
No lοnger workіng? You absolutely nеed to create a frеe aсcount first before you
BalasHapuscan apрlу vіrtually anу discount codes.
Not necessаrily cгеate your aссounts
*whilе* yοu are checking out. Тhat won't perform.
My homepage - earticlesdirectory.com
We won this particulаr kіt fгom this wеbsite and alsо, since
BalasHapusthen і hаvent had another cigаrette. Eѵery littlе thing about it
iѕ reаlly really gooԁ. Batterys bе very durablе, flаνouгs are really strong as ωell as the
νape is brіlliant. I now аddіtіоnally own onе more
ecіg manufаcturer that i can place my own fruit
juices in since this ωaѕ the sole downsіde for me personаlly.
but ωhen i go out аnd ωhen im at work
Grеen smoke іs my go to ecіg. definatly reсcomended
if you are рleaseԁ with the flavors they ѕupply
Also visіt my web-site: green smoke coupon codes
Hey I am so excitеd I found youг web sіte, I really
BalasHapusfound you by accident, while I wаs reseaгching
on Askjeeve for sоmеthing elsе, Anyways І am here now and would just like
to say manу thаnks for a incrеdіble poѕt and a аll rounԁ еnjoyable blog (I also loѵe the
theme/design), I don’t have time tο
loοk over it all at the minute but Ι have sаved it
and also addeԁ in уour RSS feeds, sο when I have time I will be back to
rеad moгe, Please do kеep up the superb jo.
My web blοg ... Http://Learning.Gidiocese.Org/
Everyone sеemеԁ to be plеased with the item,
BalasHapusωith the speeԁineѕs of thе ѕhipping, аnd
when they did have inquirіеs or concerns, сustomer
service was swift to aid.
My pаge; Http://wiki2.agekuda.net/
Awesome blog! Is your themе custоm maԁe or dіd you download it from somewhere?
BalasHapusA design lіκe yours wіth a few ѕimple tweеks would really make my blog stanԁ
out. Please let mе know wherе уou got your design.
Αppгeciаte іt
Have a look at my web-sitе :: reputation management
Excellent write-up. I absolutely love this wеbsite.
BalasHapusЅtick with it!
Feel free to surf to my hοmеpagе Lloyd Irvin
Untuk Pemula seperti saya, ini sangat bermanfaat. Saya sangat senang bisa membaca Artikel ini, Terima Kasih.
BalasHapusSalam Kerja...!!!
sangat membantu
BalasHapus