Oleh : Akhmad Sudrajat
lesson studyAbstrak:
Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan
hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan
berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama Lesson Study yaitu
untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa
belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang
bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3)
meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif.
(4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat
menimba pengetahuan dari guru lainnya. Manfaat yang yang dapat diambil
Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan
kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya,
dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari
Lesson Study. Lesson Study dapat dilakukan melalui dua tipe yaitu
berbasis sekolah dan berbasis MGMP. Lesson Study dilakukan berdasarkan
tahapan-tahapan secara siklik, yang terdiri dari: (1) perencanaan
(plan); (b) pelaksanaan (do); refleksi (check); dan tindak lanjut (act).
Kata Kunci : lesson study, kolaboratif, plan, do, check, act
A. Pendahuluan
Selama pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalah-masalah
tentang pendidikan akan selalu muncul dan orang pun tak akan
henti-hentinya untuk terus membicarakan dan memperdebatkan tentang
keberadaannya, mulai dari hal-hal yang bersifat fundamental-filsafiah
sampai dengan hal–hal yang sifatnya teknis-operasional. Sebagian besar
pembicaraan tentang pendidikan terutama tertuju pada bagaimana upaya
untuk menemukan cara yang terbaik guna mencapai pendidikan yang bermutu
dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang handal, baik dalam
bidang akademis, sosio-personal, maupun vokasional.
Salah satu masalah atau topik pendidikan yang belakangan ini menarik
untuk diperbincangkan yaitu tentang Lesson Study, yang muncul sebagai
salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang
selama ini dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi, bahwa sudah
sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung
dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral.
Praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan
pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana
siswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat
kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi
peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah
kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke
pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di
kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak
perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study tampaknya dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya
perubahan dalam praktik pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang
jauh lebih efektif.
Dalam tulisan ini, akan dipaparkan secara ringkas tentang apa itu
Lesson Study dan bagaimana tahapan-tahapan dalam Lesson Study, dengan
harapan dapat memberikan pemahaman sekaligus dapat mengilhami kepada
para guru (calon guru) dan pihak lain yang terkait untuk dapat
mengembangkan Lesson Study lebih lanjut guna kepentingan peningkatan
mutu proses dan hasil pembelajaran siswa.
B. Hakikat Lesson Study
Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para
guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut
dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap
berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan
Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula
oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih
dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan
penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara
di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan
sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran
siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada
awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat
ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan
bahkan pendidikan tinggi.
Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran,
tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan
berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan
melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat,
tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan
sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality
Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara
terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang
dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society)
yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik
pada tataran individual maupun manajerial. Slamet Mulyana (2007)
memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa:
“lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction,
what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to
plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea,
lesson study is a complex process, supported by collaborative goal
setting, careful data collection on student learning, and protocols that
enable productive discussion of difficult issues”.
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki
4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2)
memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru
lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran
secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah
pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan
dari guru lainnya.
Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula
tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya
berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya
kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin
ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang
lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa,
pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar
siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan
kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada
materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik
lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari
siswa.
3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari
Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa,
misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar,
bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan
tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan
dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak
lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana
lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala
sekolah atau pengawas sekolah.
4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh
dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan
pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup
dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun
juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan
melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses
pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang
detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa
saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis
mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah
memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1)
memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang
akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang
tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya
tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan
cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan,
(3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam
pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau
partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran
dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang
harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar,
baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya
kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran
kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang
dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya
dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See
Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para
pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa
semakin detail dan jelas.
Sementara itu, menurut Lesson Study Project (LSP) beberapa manfaat
lain yang bisa diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat
mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan
balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan
dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Dalam konteks
pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai
salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan
pangkat maupun sertifikasi guru.
Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007)
mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu
Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson
Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang
studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar
kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di
sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson
Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan
pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran
tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau
mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari
Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur
guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala
sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker
di sekolah. Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan
kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang penting dan tepat bagi
peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada mata
pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula
mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian
terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau ahli dari
perguruan tinggi.
C. Tahapan-Tahapan Lesson Study
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai
beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan
melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act
(PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan
dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do)
dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari
University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study,
yaitu:
1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru
yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki
kepentingan dengan Lesson Study.
2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang
akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna
mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan
merespons.
4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim
melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan,
mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang
tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5
sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas
temuan-temuan yang ada.
Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana
(2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan
secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study
1. Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study
berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti
tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati
kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat
ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan
pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi
untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil
analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus
dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah
perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup
mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan
pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan
tahap akhir pembelajaran.
2. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1)
kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru
yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP
yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi
yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya
(baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan
lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting
yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang
disebabkan adanya program Lesson Study.
3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak
diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu
konsentrasi guru maupun siswa.
4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi
siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya,
dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya
dan disusun bersama-sama.
5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo
digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan
kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa
selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi
siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan,
terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar
siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar
siswa yang tercantum dalam RPP.
3. Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya
perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman
analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam
bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu
oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai
dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran,
dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas
proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan
permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara
bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan
terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya,
pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil
pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang
berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh
peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses
pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki
catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau
keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses
pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang
disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya
menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar
maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih
baik.
Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah
sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh
sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen
pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala
sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan
keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih
dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya
dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat
semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin
pendidikan di sekolah.
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Lesson Study merupakan salah satu model pembinaan profesi pendidik
melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun komunitas belajar.
2. Tujuan Lesson Study adalah : (1) memperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh
hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam
melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara
sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan
pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru
lainnya.
3. Ciri-ciri dari Lesson Study yaitu adanya: (a) tujuan bersama untuk
jangka panjang; (b) materi pelajaran yang penting; (c) studi tentang
siswa secara cermat; dan (d) observasi pembelajaran secara langsung
4. Lesson study memberikan banyak manfaat bagi para guru, antara
lain: (a) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (b) guru dapat
memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (c) guru
dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study
5. Penyelenggaraan Lesson Study dapat dilakukan dalam dua tipe: (a)
Lesson Study berbasis sekolah; dan (a) Lesson Study berbasis MGMP.
6. Lesson Study dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan secara
siklik, meliputi : (a) tahapan perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do);
(c) refleksi (check); dan (d) tindak lanjut (act).
Sumber Bacaan:
Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to College Lesson
Study. Lesson Study Project. online: http
://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
Catherine Lewis (2004) Does Lesson Study Have a Future in the United
States?. Online:
http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm
Lesson Study Research Group online: http://www.tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html
Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat
Wikipedia.2007. Lesson Study. Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang terhormat...Silahkan tinggalkan jejak dengan komentar, pendapat dan saran, bebas asal sopan....OKE..!!!