A. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai
masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer, dan
pegawai lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau
perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Nitisemito
(1996:11) mengemukakan manajemen personalia adalah manajemen yang
mengkhususkan diri dalam bidang personalia atau dalam bidang
kepegawaian. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bentuk
pengakuan pentingnya anggota organisasi (personil) sebagai sumber daya
yang dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi, pelaksanaan fungsi,
dan kegiatan organisasi untuk menjamin bahwa mereka dipergunakan secara
efektif dan adil demi kepentingan organisasi, individu, dan masyarakat
(Tim Pakar Manajemen Pendidikan, 2003:68-69).
Hal ini merupakan wujud pengakuan akan peranan penting MSDM dalam
organisasi, tantangan pengelolaan sumber daya manusia (SDM) secara
efekif, dan perkembangan cabang ilmu pengetahuan dan profesionalisasi
dalam bidang MSDM. Kemajuan teknologi menciptakan pekerjaan baru dan
mempercepat menghilangnya pekerjaan. Collingridge dan Ritchie (1979:1)
berpendapat MSDM merupakan bagian pekerjan manajemen yang berhubungan
dengan manusia, baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok, dan
dengan sumbangannya pada efektivitas organisasi. MSDM merupakan suatu
kegiatan pengelolaan yang meliputi pendayagunaan, pengembangan,
penilaian, dan pemberian balas jasa bagi manusia sebagai individu
anggota organisasi.
Samsudin (2006:23) mengemukakan hal-hal yang berkenaan dengan MSDM adalah:
1. Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengintegrasian berbagai kebijakan SDM dengan perencanaan,
2. Tanggung jawab pengelolaan SDM tidak lagi menjadi tanggung jawab manajer khusus, tetapi manajemen secara keseluruhan,
3. Adanya perubahan dari hubungan serikat pekerja manajemen menjadi hubungan manajemen karyawan,
4. Terdapat aksentuasi pada komitmen untuk melatih para manajer agar dapat berperan optimal sebagai penggerak dan fasilitator.
Tujuan MSDM adalah memperbaiki kontribusi produktif pegawai terhadap
organisasi dengan cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis,
dan sosial. Tujuan MSDM mencerminkan strategi manajer dan menyeimbangkan
tantangan organisasi, fungsi SDM, dan orang-orang yang terpengaruh.
Secara umum tujuan MSDM mencakup empat aspek yaitu tujuan sosial, tujuan
organisasional, tujuan fungsional, dan tujuan individual.
Tujuan sosial MSDM adalah agar organisasi bertanggung jawab secara
sosial dan etis terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat dengan
meminimalkan dampak negatifnya (Samsudin, 2006:30). Organisasi
menghasilkan output bagi kelompok tertentu di masyarakat. Organisasi
sekolah dalam hal ini peserta didik dan alumni diharapkan dapat
meningkatkan kualitas masyarakat dan membantu memecahkan masalah sosial.
Implementasi tujuan sosial dalam bidang bidang pendidikan khususnya
sekolah adalah program Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan program bakti
sosial. Bentuk nyata dari kegagalan suatu organisasi mengkaitkan
pencapaian tujuannya dengan pencapaian tujuan masyarakat secara luas
yang tercermin dalam dua wujud yaitu masyarakat akan kehilangan
kepercayaan terhadap organisasi sekolah dan sebagai akibat hilangnya
kepercayaan tersebut masyarakat tidak lagi memberikan dukungannya kepada
kebijaksanaan dan kegiatan organisasi tersebut.
Tujuan organisasional adalah sasaran formal yang dibuat untuk
membantu organisasi mencapai tujuannya. Bagian MSDM dibentuk untuk
membantu dalam mewujudkan tujuan organisasi. Personil sekolah
didayagunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikan sekolah. Efektifitas sekolah tergantung dengan efektifitas
SDM yang ada di sekolah. Kunci kelangsungan berjalannya organisasi
sekolah terletak pada efektifitas kepala sekolah dalam membina dan
memanfaatkan keahlian guru dan pegawai dengan berupaya meminimalkan
kelemahan SDM.
Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi SDM
pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi (Samsudin,
2006:32). Sehingga kepala sekolah dalam hal ini berupaya meningkatkan
pengelolaan guru dan pegawai dengan cara memberikan pelayanan konsultasi
yang tepat, mengelola program rekrutmen yang efektif, pelatihan, dan
mampu menguji realitas ketika guru dan pegawai mengemukakan gagasan baru
untuk mengembangkan sekolah.
Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi
yang akan dicapai melalui aktivitasnya dalam organisasi (Samsudin,
2006:32). Apabila tujuan organisasi dan tujuan pribadi tidak sesuai maka
dapat dimungkinkan pegawai akan memilih untuk menarik diri dari
organisasi. Kepala sekolah harus pula terfokus pada pencapaian
kesesuaian pencapaian tujuan dengan guru, dengan mengkaji pengetahuan,
kemampuan, kebutuhan, dan minat guru di sekolah. Collingridge dan
Ritchie (1979:2) mengemukakan organisasi berusaha menciptakan kondisi
dimana setiap pegawai terdorong untuk memberi sumbangan sebaik mungkin
bagi efektifitas organisasi. Hal ini penting bagi kepala sekolah karena
sekolah tidak dapat efektif dan efisien yang maksimal tanpa kerja sama
penuh dari guru dan pegawai.
MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja
secara efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan bersama, organisasi,
karyawan, dan masyarakat (Gary, 2003). Sehingga MSDM memiliki kewajiban
untuk memahami perubahan yang semakin komplek selalu terjadi di
lingkungan organisasi, mengantisipasi perubahan tersebut baik perubahan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memahami dimensi internasional yang
mulai mempengaruhi organisasi akibat informasi yang berkembang cepat.
B. Proses Manajemen SDM
1. Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan kegiatan yang berfungsi untuk membantu
pelaksanaan manajemen dalam rekrutmen pegawai sebagai upaya menyediakan
kebutuhan pegawai. Mangkunegara (2003:10) berpendapat bahwa analisis
jabatan didasarkan pada jenis pekerjaan, sifat pekerjaan, perkiraan
beban kerja, perkiraan kapasitas pegawai, jenjang dan jumlah jabatan
yang tersedia, dan alat yang diperlukan dalam pelaksanaannya. Proses
menghimpun informasi setiap jabatan, mempelajari berbagai informasi yang
berhubungan dengan pekerjaan secara operasional dan tanggung jawabnya,
dan menyusun informasi berkenaan tugas, jenis pekerjaan, dan tanggung
jawab yang bersifat khusus merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
analisis jabatan.
Nitisemito (1996:16) berpendapat analisis jabatan sebagai pedoman
bagi penerimaan dan penempatan, penentuan jumlah karyawan, dan landasan
kegiatan dalam MSDM. Analisis jabatan sebagai pedoman untuk menentukan
syarat-syarat yang diperlukakan dalam penerimaan dan penempatan pegawai.
Ketepatan penerimaan dan penempatan pegawai dipengaruhi oleh syarat
yang dimiliki oleh pegawai. Penentuan jumlah karyawan dapat diketahui
dengan uraian jabatan dan pengembangan dan penetapan standar jabatan.
Analisis jabatan merupakan pedoman dalam kegiatan MSDM lain yaitu
mutasi, promosi, pelatihan, kompensasi, dan kebutuhan peralatan.
Analisis jabatan diasumsikan dapat mengetahui kondisi tentang secara
rinci jabatan.
Informasi yang diperoleh dari analisa jabatan adalah:
a. Nama jabatan, lokasi kerja, dan upah rata-rata,
b. Hubungan kerja dan posisi dalam organisasi,
c. Tugas-tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang dibebankan pada pemangku jabatan,
d. Peralatan dan bahan yang digunakan,
e. Kondisi lingkungan tempat kerja dan resiko kerja,
f. Persyaratan fisik, mental, pengetahuan, dan pendidikan.
2. Seleksi Pegawai
Seleksi pegawai adalah suatu proses untuk mencari calon atau kandidat
pegawai untuk memenuhi kebutuhan SDM oraganisasi. Greer (2001:406)
mengemukakan:
Excellent selection procedures are essential for obtaining a
workforce that can become a source of competitive advantage. While
training and employee development also are critical, it is very
difficult to overcome the built-in headwind of poorly qualified or
mismatched employees. Furthermore, while some skill deficiencies can be
overcome by training, the additional financial outlays required to make
up for poor selection can place a firm at a disadvantage to its
customers. High performing companies are very selective in their
staffing decisions.
Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur pilihan
yang baik diharapkan mendapatkan pegawai yang dapat menjadi sumber
manfaat dengan kompetisi yang dimilikinya. Sementara itu latihan dan
pengembangan juga bersifat kritis, hal tersebut digunakan untuk memenuhi
syarat pegawai. Keahlian yang dimiliki pegawai dapat ditingkatkan
dengan latihan, tambahan pengeluaran anggaran diperlukan untuk mengejar
ketertinggalan organisasi dalam pelaksanaan latihan. Organisasi yang
kompleks sangat selektif dengan keputusan susunan pegawai mereka.
Armstong (2006:409) berpendapat proses seleksi mencakup defining
requirements, attracting candidates, dan selecting candidates. Deskripsi
persyaratan mencakup persiapan deskripsi pekerjaan dan spesifikasi,
penetapan terminologi, dan kondisi pegawai. Menarik kandidat mencakup
meninjau ulang dan mengevaluasi alternatif sumber daya pelamar,
kemampuan intern dan ekstern organisasi, publikasi seleksi, dan
menggunakan biro jasa konsultan. Seleksi kandidat mencakup menyeleksi
pelamar, wawancara, tes, memprediksi kompetensi kandidat, menawarkan
pekerjaan, dan menyiapkan kontrak pegawai.
Seleksi pegawai adalah suatu proses menemukan pegawai yang tepat dari
sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu
dilakukan setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat
hidup (curriculum vittae) milik pelamar. Kemudian dari curriculum vittae
pelamar dilakukan penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil dengan
yang gagal memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah
memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis,
wawancara kerja (interview), dan proses seleksi lainnya.
Seleksi guru memperhatikan kompetensi akademik dan kemampuan bidang
studi, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan pedagogis (Gorton dan
Schneider, 1990). Kriteria seleksi menekankan pada faktor personal.
Kegiatan identifikasi dan penentuan kriteria seleksi, kepala sekolah
perlu membentuk tim seleksi yang termasuk dalam hal ini Kapala Dinas
Pendidikan dan perwakilan kepala sekolah. Proses seleksi menjadi pegawai
berkisar tentang tingkat kompetensi yang dites. Domain keterampilan
guru mencakup keterampilan dasar (basic skill), pendidikan umum (general
education), pendidikan profesional (professional education), dan
spesialisasi lingkup bidang studi (subject field specialization).
Kepala sekolah dan tim seleksi menyusun wawasan tentang deskripsi
kerja kepegawaian. Karris dalam Tim Pakar Manajemen Pendidikan (2004:87)
mengemukakan deskripsi kerja mencakup pandangan tentang kebutuhan
kerja, bidang kerja, informasi tentang latar belakang masyarakat dan
sekolah, deskripsi umum tentang posisi kerja yang ditawarkan dan
tanggung jawabnya, kaitan guru yang dibutuhkan dengan sistem sekolah,
keuntungan yang diperoleh dari posisi yang ditawarkan, kualifikasi yang
disyaratkan, dan hal-hal khusus dalam kepegawaian seperti kontrak kerja,
gaji, dan hari libur.
3. Orientasi dan Penempatan
Setelah kriteria seleksi ditentukan, tim seleksi menentukan prosedur
penempatan bagi calon yang memenuhi kriteria dan memprogram kegiatan
orientasi. Tujuan orientasi adalah untuk membantu karyawan baru membuat
penyesuaian yang baik di tempat kerja. Berdasarkan hal tersebut sekolah
perlu mengadakan kegiatan orientasi walaupun hanya bersifat sepintas,
karena dengan orientasi guru baru mengetahui kondisi sekolah sehingga
diharapkan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekolah.
Orientasi memungkinkan guru dan pegawai baru akrab dengan lingkungan
sekolah dan mendapatkan rasa memiliki yang merupakan bibit dari komitmen
terhadap sekolah. Sasaran utama orientasi di tempat kerja adalah untuk:
a. Membuat karyawan baru merasa diterima dan nyaman,
b. Menciptakan persepsi positif terhadap organisasi,
c. Mengkomunikasikan prosedur dasar organisasi kepada karyawan baru,
d. Membentuk dasar untuk pelatihan berkelanjutan,
e. Mengkonfirmasikan keputusan karyawan untuk bergabung dengan organisasi,
f. Memulai proses pengintegrasian karyawan baru ke dalam angkatan kerja organisasi (Pandia, dkk, 2006:48).
Prosedur yang dapat digunakan untuk menentukan penempatan pegawai
ialah dengan ujian penempatan dan interveiw personal (Tim Pakar
Manajemen Pendidikan, 2004:88). Ujian penempatan bertujuan untuk
menyaring dan menentukan siapa yang seharusnya diundang untuk interview.
Informasi yang perlu disampaikan dan dianalisis dalam kaitan dengan
penempatan mencakup usia, jenis kelamin, dan status keluarga.
Sesudah calon guru diterima maka proses selanjutnya ditempatkan dan
orientasi. Penempatan dilakukan setelah program analisis untuk persiapan
penempatan, sehingga calon guru dapat dibantu untuk orientasi di
lingkungan sekolah. Aspek yang perlu dikenalkan ialah karakteristik
masyarakat, sistem sekolah, kedudukan dalam proses pembelajaran, dan
pegawai lain yang berhubungan dengan bidang pekerjaannya.
4. Pelatihan
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus
menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Untuk itu
diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih
menguasai dan ahli di bidangnya masing-masing serta meningkatkan kinerja
yang ada. Pelatihan merupakan proses membantu para tenaga kerja untuk
memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang
akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan,
kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang layak. Dengan begitu proses
pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai dari
karyawan pada tingkat rendah maupun yang tinggi. Samsudin (2006:110)
mengemukakan pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang bersifat
spesifik, praktis, dan segera.
Pelatihan bersifat spesifik berhubungan dengan bidang pekerjaan yang
dilakukan. Praktis dan segera berarti yang sudah dilatih dapat
dipraktikkan. Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan
berbagai keterampilan kerja dalam waktu relatif singkat. Pelatihan
berupaya menyiapkan pegawai untuk melakukan pekerjaan yang dihadapi
sehingga dapat mengembangkan kinerjanya menjadi lebih baik secara
kontinyu. Sikula (1981) mengemukakan development is a longterm
educational process utilizing a systematic and organized procedure by
which managerial personnel learn conceptual and theoritical knowledge
for general purpose. Pengembangan merupakan proses pendidikan jangka
panjang secara sistematik dan mengorganisir prosedur yang mana
managerial pribadi tiap pegawai mempelajari konseptual dan pengetahuan
teoritis untuk tujuan umum organisasi.
Metode pelatihan yang dapat dilaksanakan oleh sekolah untuk meningkatkan kualitas guru dan pegawai adalah:
a. Metode on the job training, guru dan pegawai baru mempelajari
pekerjaannya dengan mengamati guru dan pegawai lainnya yang sedang
melakukan pekerjaan. Guru dan pegawai senior memberikan pengetahuan dari
pengalamannya,
b. Metode vestibule (balai), suatu ruangan terpisah yang disediakan
untuk tempat pelatihan bagi guru dan pegawai baru, dilaksanakan dengan
jumlah peserta yang banyak, dan diawasi oleh seorang instruktur,
c. Metode ruang kelas, merupakan metode pelatiahn yang dilakukan di
dalam kelas yaitu dengan format kegiatan kuliah, konferensi, studi
kasus, bermain peran, dan pengajaran berprogram (programmed
instruction).
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan wadah yang sesuai
untuk melaksanakan pelatihan bagi guru. Forum MGMP memungkinkan guru
untuk bermusyawarah memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru baik
dalam penanganan siswa maupun dalam kegiatan pembelajarn sehingga
program-program yang disusun sesuai dengan kurikulum dapat dilaksanakan
dengan baik. Sesuai dengan pendapat Achmad (2004) yang mengemukakan
fungsi MGMP adalah (1) meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian atau evaluasi
pembelajaran di kelas, sehingga mampu mengupayakan peningkatan dan
pemerataan mutu pendidikan di sekolah, (2) mengupayakan lokakarya,
simposium dan sejenisnya atas dasar inovasi Pengelolaan kelas, dan
manajemen pembelajaran efektif, seperti PAKEM (Pendekatan Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), hasil classroom action research,
dan hasil studi komparasi atau berbagai studi informasi dari berbagai
narasumber.
MGMP berupaya memberikan bantuan kepada guru-guru khususnya
menyangkut materi pembelajaran, metodologi, sistem evaluasi, dan sarana
penunjang. Pelaksanaan kegiatan MGMP membutuhkan kerja sama antara guru
mata pelajaran dengan guru mata pelajaran yang berbeda sehingga dapat
menambah pengalaman dan motivasi guru dalam melaksanakan MGMP. Kerja
sama lintas disiplin mata pelajaran diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan kualitas guru yang dapat dijadikan bekal untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan MGMP merupakan satu kesatuan
dengan tugas dan profesi guru dalam usaha meningkatkan kemampuan dan
keterampilan untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
5. Mutasi
Proses kegiatan memindahkan pegawai dari suatu pekerjaan ke pekerjaan
lain yang dianggap setingkat merupakan kegiatan mutasi. Nitisemito
(1996:71) berpendapat kegiatan mutasi dilakukan untuk melaksanakan
prinsip menempatkan pegawai tepat pada tempat tepat. Mutasi didasarkan
pada beberapa alasan yaitu kemampuan kerja, rasa tanggung jawab, dan
kesenangan. Diharapkan dengan mutasi pegawai melaksanakan pekerjaan
dengan efektif, efisien, dan dapat meningkatkan kinerjanya. Meskipun
demikian harus diperhatikan, pegawai dapat salah persepsi yang berasumsi
bahwa mutasi sebagai hukuman. Hal tersebut dapat berakibat menurunnya
efektifitas, efisiensi, dan kinerja pegawai.
Mutasi dapat bersumber dari manajemen dan pegawai sendiri. MSDM
merupakan sumber sentral dalam pengambilan keputusan dan penentuan
segala kebijakan yang berhubungan dengan masalah kepegawaian. Gagasan
mutasi berasal dari keinginan pegawai dengan mengajukan keinginannya
untuk dipindahkan ke tempat kerja yang ada dalam organisasinya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 41 ayat 2 menjelaskan bahwa pengangkatan, penempatan, dan
penyebaran pendidik, dan tenaga kependidikan diatur oleh lembaga yang
mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal. Penyebaran
tenaga pendidik dilakukan sebagai upaya pemerataan dan mutu tenaga
pengajar.
Mutasi selain memperhatikan dari kepentingan individu guru juga harus
memperhatikan faktor lain seperti kemampuan penggajian lembaga yang
akan dituju, penyebaran guru, dan kebutuhan akan guru. Memperhatikan
faktor tersebut diharapkan tidak terjadinya kesenjangan jumlah guru
antara sekolah satu dengan sekolah yang lain. Sekolah tertentu memiliki
guru yang berlebihan sedangkan sekolah lain kekurangan jumlah guru, maka
dengan mutasi yang efektif diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut.
6. Promosi
Motivasi yang dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi aktif
dan meningkatkan kualitasnya dalam suatu organisasi adalah kesempatan
untuk maju. Samsudin (2006:264) berpendapat promosi merupakan
perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang memiliki status dan
tanggung jawab lebih tinggi. Promosi dilakukan bertitik tolak pada
kepentingan organisasi. Guru yang berprestasi dapat dipromosikan menjadi
kepala sekolah atau pengawas.
Promosi yang didasarkan kepada senioritas dihitung dari lamanya
bekerja. Organisasi menempuh cara ini menurut Handoko (2000:171) dengan
pertimbangan:
a. Sebagai penghargaan atas jasa seseorang paling sedikit dilihat dari segi loyalitas kepada organisasi,
b. Penilaian biasa bersifat objektif dengan membandingkan masa kerja
c. Mendorong organisasi untuk mengembangkan karyawan untuk dipromosikan.
Seorang guru dapat dipromosikan harus memperhatikan berbagai faktor
yaitu pengalaman, tingkat pendidikan, loyalitas, kejujuran, tanggung
jawab, kecakapan berkomunikasi, prestasi kerja, dan tingkat kreatifitas.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilaksanakannnya evaluasi sehingga
dapat diketahui siapa yang dapat dipromosikan. Pelaksanaan evaluasi
menggunakan pedoman dan dilaksanakan secara sistematis, komprehensif,
dan objektif. Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dipromosikan juga
harus jelas, sekolah dan dinas memberi kesempatan yang sama dan
menunjang kegiatan untuk memenuhi persyaratan tersebut. Calon yang akan
dipromosikan juga dipersiapkan dengan teliti, kemampuan, bakat, dan
minat merupakan prioritas yang penting untuk diperhatikan.
7. Kompensasi
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari organisasi. Ulrich (1997) mengemukakan:
Compensation rewards people for performing organizational work
through pay, incentives, and benefits. Employers must develop and refine
their basic wage and salary systems. Also, incentive programs such as
gainsharing and productivity rewards are growing in usage. The rapid
increase in the costs of benefits, especially health care benefits, will
continue to be a major issue.
Kompensasi merupakan hadiah tebusan bagi orang yang melakukan kerja
untuk organisasi dengan membayar, perangsang, dan keuntungan. Pemberi
kerja harus mengembangkan dan upah dasar mereka secara bersih dan sistem
gaji. Juga program perangsang seperti gainsharing (berbagi lebih besar
dengan pegawai yang produktif) dan hadiah yang digunakan untuk
menumbuhkan produktivitas. Meningkatkan segera produktifitas untuk
mencapai tujuan, khususnya pelayanan kesehatan kepada pegawai, yang
diharapkan dapat dilaksanakan sehingga menjadi pemberitaan utama bagi
organisasi. Hal ini penting diperhatikan sekolah untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas guru dalam pembelajaran.
Kompensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi
pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang
tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah
ketenagakerjaan di kemudian hari atau pun dapat menimbulkan kerugian
pada organisasi. Proteksi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja dan kontribusi
perkerja tersebut dapat tetap maksimal dari waktu ke waktu.
Armstong (2006:623) mengemukakan:
Reward management is concerned with formulation and implementation of
strategies and policies, the purposes which are to reward people
fairly, equitably, and consistenly in accordance with their value to the
organization and thus help the organization to achieve its strategic
goals.
Hadiah dari manajemen terkait dengan formulasi dan implementasi
strategi dan kebijaksanaan, maksudnya orang yang diberi hadiah lebih
baik, sesuai, dan pegawai konsisten kepada nilai organisasi dan membantu
organisasi mencapai tujuan strategis. Kompensasi sebagai bentuk
pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada pegawai dari pelaksanaan
pekerjaannya. Sekolah perlu memperhatikan kompensasi sebagai hadiah
kepada guru dan pegawai yang aktif terlibat dalam pencapaian tujuan
sekolah. Kompensasi bagi guru dapat berbentuk tunjangan, insentif, dan
bonus dari sekolah berdasarkan peraturan yang berlaku.
Kepala sekolah memperhatikan kesejahteraan guru agar dapat
meminimalkan ketimpangan faktor ekonomi sesama guru. Terpenuhinya
kebutuhan guru diharapkan guru konsisten dan aktif dengan tugas utamanya
yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan peserta didik. Sehingga
kasus guru yang meninggalkan tugas utamanya sebagai pendidik karena
bekerja bidang lain dapat diatasi.
C. Kecenderungan Utama dan Krisis yang Mempengaruhi Manajemen Sumber Daya Manusia
Pandangan secara luas mengenai konsep MSDM telah memberikan makna
secara praktis. Atas dasar sudut pandang demikian maka hubungan antara
aktifitas dan kontribusi MSDM dengan keberhasilan organisasi mencapai
tujuan. Kesadaran demikian dapat meningkatkan efektifitas organisasi
dimana setiap sumber daya dilibatkan dalam mencapai hasil yang
diinginkan. Kecenderungan utama dan krisis yang mempengaruhi MSDM
adalah:
1. Biaya yang dikaitkan dengan faktor sumber daya manusia
Sekolah sebagai organisasi menyadari betapa pentingnya pengelolaan
SDM. Sumber keuangan keuangan bukan dianggap sebagai satu-satunya aset
penting sekolah melainkan diharapkan memiliki SDM yang tepat dan mampu
mengelola organisasi sekolah secara efektif. MSDM sekolah dirancang
untuk mengelola dan mengembangkan kemampuan guru sehingga dapat
melaksanakan kegiatan pembelajaran secara efektif.
2. Krisis produktivitas
Produktivitas dipengaruhi oleh efektifitas MSDM. Hal ini disebabkan
oleh tingkat pendayagunaan aspek SDM yang dimiliki sekolah. Semakin
efektif guru sebagai ujung tombak SDM sekolah didayagunakan, maka dapat
diprediksi akan memberi kontribusi yang lebih besar bagi pencapaian
produktifitas sekolah. Guru yang profesional dalam membentuk kompetensi
siswa sesuai dengan karakteristik individual masing-masing. Peningkatan
kualitas pendidikan tidak terlepas dari peningkatan kualitas guru dalam
pembelajaran. Sekolah dapat menyelenggarakan berbagai pelatihan seperti
pelatihan modul pembelajaran, pembuatan alat peraga, pengembangan
silabus, dan pembuatan materi standar (Mulyasa, 2005:11).
3. Kompleknya perubahan yang terjadi
Perubahan yang terjadi sebagai akibat tekanan dan pengaruh global
telah mendorong sekolah untuk terus berupaya meningkatkan kualitas guru.
Sekolah menempatkan prioritas utama untuk ditingkatkan kualitasnya
melalui proses MSDM yang efektif dan berkelanjutan. Guru diharapkan
mampu memberikan sumbangan efektif dan signifikan bagi kelangsungan
sekolah dalam situasi yang terus mengalami perubahan.
4. Masalah personalia yang terjadi di tempat kerja
Adanya masalah yang berkaitan dengan guru mendorong sekolah
menerapkan MSDM dalam rangka meminimalkan dan mengatasi masalah.
Beberapa permasalahan yang sering dialami guru seperti jenuh dalam
kegiatan pembelajaran, tidak dapat mengoperasikan atau memanfaatkan alat
sebagai hasil kecanggihan teknologi dalam pembelajaran, dan tidak
adanya upaya meningkatkan kemampuannya seperti ikut dalam pelatihan.
Permasalahan tersebut harus diselesaikan melalui program MSDM guna
meningkatkan partisipasi dan kemampuan guru dalam mencapai tujuan
pendidikan sekolah. Kegiatan pelatihan penggunaan media pembelajaran
dengan program Microsoft Power Point, Macromedia Flash Player, SwishMax,
dan penggunaan internet merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh
sekolah untuk meningkatkan kualitas kemampuan guru dalam pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Achmad, A. 2004. Memberdayakan MGMP Sebuah Keniscayaan (online). (http://www.depdiknas.go.id, diakses tanggal 11 November 2006).
Armstong, M. 2006. A Handbook of Human Resource Management Practice. London and Philadelphia: Kogan Page.
Collingridge, J., and Ritchie, M. 1979. Dasar-Dasar Manajemen Personalia. Diterjemahkan oleh Ratna S. Jakarta: Erlangga.
Gary, D. 2003. Human Resources Management. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Gorton, R. A., and Schneider, G. T. 1990. School Based Leadership
Challengesn and Oportunities. Dubuque: Wm. C. Brown Publishers.
Greer, C. R. 2001. Strategic Human Resource Management. Boston: A Pearson Education Company.
Handoko, T. 2000. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Mangkunegara, A. P. 2003. Perencanaan dan Pengembangan SDM. Bandung: Refika Aditama.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nitisemito, A. S. 1996. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pandia, K., dkk. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Samsudin, S. 2006. Manajemen SDM. Bandung: Pustaka Setia.
Sikula, A. E. 1981. Personnel Administration and Human Resources Management. Santa Barbara: Jhon Wiled and Sons Inc.
Tim Pakar Manajemen Pendidikan FIP UM. 2003. Manajemen Pendidikan
Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam Latar Institusi Pendidikan.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM. 2004. Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang.
Ulrich, D. 1997. Human Resource Champions. Boston: Harvard Business School Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Bandung: Citra Umbara.
Alhamdulillah,tulisan anda sangat bermanfaat bagi saya. Terima kasih banyak.
BalasHapusbermanfaat
BalasHapusmohon ijin share
BalasHapusijin copy ya pak..
BalasHapus