Masih adakah profesionalitas dalam bekerja? Jadi benar2 melaksanakan pekerjaan dengan sepenuh hati. Sebelum melanjutkan omelan2
ini, sebaiknya saya paparkan sedikit perbedaan profesi, profesional,
profesionalisme, profesinalisasi dan profesionalitas. Ini bukan definisi
saya pribadi tapi dari berbagai sumber.
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya.
Profesional
adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang
dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi. Hal ini juga
pengaruh terhadap penampilan atau performance seseorang dalam melakukan
pekerjaan di profesinya.
Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.
Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok orang menjadi profesional.
Kenapa saya berikan penjelasan singkat ttg 5 istilah di atas? Karena terus terang saya sendiri sering mendengar n menyebut kata2 itu tapi bingung juga apa beda atau pengertian yang sebenarnya,hehehehe…
Kembali ke omelan2..
Pernah mendengar istilah 1. karena keluarga mendapat pekerjaan? atau istilah 2. karena pekerjaan mendapat keluarga?
bagi saya kalimat kedua lah yang sebaiknya kita lakukan. Maksudnya
gini, kalimat pertama mengandung makna Ka Ka eN. Biasalah minta bantu
om, tante, sepupu, kakek, cucu *ups! ngaco* pokoknya begitulah, karena
ada bantuan dari orang2 terdekat sehingga kita bisa
mendapatkan suatu pekerjaan. Parahnya lagi kalau ternyata kita *yang
kerja krn dibantu klrg* tidak dapat bekerja secara profesional. Bikin
malu!
Beda
jauh dengan kalimat kedua, dengan usaha sendiri secara jujur bisa
mendapatkan pekerjaan dan setelah bekerja ada kenalan2 baru yang
otomatis menambah silaturahmi n akrab bagaikan keluarga. Nikmat bukan?!
Masih
ada saja di kantor yang karyawannya tidak bekerja secara profesional
dengan berbagai sebab. Yang lucunya mereka *oknum* memandang seseorang
berdasarkan anak siapa, keturunan mana, dll. Uh, capek banget gaul dengan mereka yang punya pikiran gitu. Hari gini masih aja bawa2
nama keluarga. Lagipula gak penting anak siapa, yang penting kamu bisa
kerja atau tidak? Saya pernah ketemu kasus begini, ada bawahan yang
ternyata anak pejabat tingkat tinggi. Nah atasan nya itu malah lebih
tunduk kepada bawahannya karena takut embel2 anak pejabat tadi. Takut
dilaporkan ke bapak si bawahan kalo dia *atasan* tidak “baik2” ke
bawahannya. GILEEEEEEEEEEEEE…! ntah gimana masa depan kantor tersebut.
Persoalan like/dislike
juga menjadi persoalan dalam dunia kerja. Memang karakter dan sifat
orang berbeda. Kadang ada yang cocok dan tidak. Wajar lah, namanya juga
manusia. Untuk mengerjakan proyek tertentu dipilih2 orang yang satu
“aliran” walo orang tersebut blm tentu bisa mengerjakan proyek. Masih
ada orang lain yang lebih pantas untuk mengerjakan proyek, tp karena
satu dah lain hal shg orang itu tidak dilibatkan.
Dari
gambaran umum di atas, kadang shock melihat hal yang tidak seharusnya
terjadi. Tapi memang terjadi. Nyata! Hal di atas tidak terjadi di
seluruh kantor, hanya kantor2 tertentu saja.
Semestinya
ini bukannya sesuatu yang mengherankan, semakin tua, kita semakin
bijaksana. Kita hidup dan belajar, dan salah satu yang kita pelajari
adalah menyeimbangkan emosi dan akal. Tetapi, pelajaran ini biasanya
tenggelam, terkikis karena kadang2 bertentangan dengan tugas dan kerjanya realita.
Mengapa
orang perlu profesionalitas dalam menjalankan pekerjaan? Yaaa..Karena
tuntutan masyarakat inign mendapatkan pelayanan yang semakin meningkat
mutunya untuk hasil yang lebih baik. Setiap profesi harus bisa
menyesuaikan dengan permintaan masyarakat agar tidak “ditinggalkan”.
Wallahu’alam
tulisannya bagus...
BalasHapussangat membantu
BalasHapusmanfaat
BalasHapussangat bagus cuma nga ada nama pembeuat teorix.. maaf n terima kasih... :)
BalasHapusmakasihhh yaaa ,, berguna buat ngrjain tugas :D
BalasHapusmakasih, karena berguna buat ngerjain tugas...
BalasHapuszlcjsolfiSOJGIO
BalasHapus