(management) merupakan proses pendayagunaan bahan baku dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Proses ini melibatkan organisasi, arahan, koordinasi, dan evaluasi orang-orang guna mencapai tujuan tersebut. Esensi manajemen adalah aktiviatas bekerja melalui orang lain untuk meraih berbagai hasil. Melalui manajemen dilakukan proses pengintegrasian berbagai sumber daya dan tugas untuk mencapai berbagai tujuan organisasi.
Pengertian
manajemen sumber daya manusia terdiri atas dua kalimat, yaitu manajemen
dan sumber daya manusia. Manajemen adalah: “the arts of getting things
done trough the effort other people”. Manajemen adalah seni dalam
mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain untuk mencapai tujuan
bersama.
Manajemen
merupakan seni dan juga ilmu. Menurut Manullang (1994;186), dalam
bukunya Manajemen Personalia, manajemen dapat diartikan sebagai seni dan
ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan
pengawasan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan terlebih dahulu.
Sedangkan
menurut Simamora (2003:4) mengungkapkan bahwa manajemen sumber daya
manusia (human resources management) adalah pendayagunaan, pengembangan,
penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota
organisasi atau kelompok karyawan manajemen sumber daya manusia juga
menyangkut desain dan implementasi system perencanaan, penyusunan
karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja,
kompensasi karyawan, dan hubungan ketenagakerjaan yang baik.
Sumber
daya manusia atau personalia adalah tenaga kerja, buruh atau pegawai
yang mengandung arti keseluruhan orang-orang yang bekerja pada suatu
organisasi tertentu. Jadi manajemen personalia atau manajemen sumber
daya manusia adalah manajemen terhadap tenaga kerja, pegawai yaitu
bagaimana mengatur pegawai di dalam perusahaan atau lembaga, dimana
pengaturan ini dalam arti seluas-luasnya.
Manajemen
personalia atau manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas
pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia
untuk mencapai sasaran perorangan, pengorganisasian dan masyarakat.
Seberapa
baik sumber daya manusia dikelola akan menjadi hal yang semakin vital
bagi kesuksesan perusahaan di masa mendatang. Manajemen atau pengelolaan
sumber daya manusia dengan sendirinya bakal menjadi unsur yang sangat
penting dari tugas manajemen perusahaan. Sebaliknya, andai kata sumber
daya manusia tidak dikelola dengan baik, maka efektivasnya akan merosot
lebih cepat daripada sumber daya lainnya. Sumber daya manusia mempunyai
imbas yang lebih besar terhadap efektivitas organisasional dibandingkan
dengan sumber daya lainnya.
Manajemen
Sumber Daya Manusia sangat dibutuhkan guna meningkatkan produktivitas
kerja serta efektivitas dan efisiensi di dalam penggunaan sumber daya
manusia. Sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi akan dapat tercapai
sebagaimana mestinya
.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen
adalah fungsi yang berhubungan dengan mewujudkan tertentu melalui
kegiatan orang-orang. Hal ini berarti bahwa sumber daya manusia berperan
penting dan dominan dalam manajemen.
Manajemen
memegang peranan penting dalam perusahaan. Maju tidaknya suatu
perusahaan tergantung kepada manajemen yang ditetapkan pada perusahaan
tersebut. Fungsi-fungsi manajemen pada perusahaan adalah segala sesuatu
yang harus dijalankan guna mencapai maksud dan tujuan perusahaan.
Menurut Hasibuan (2000; 22), Fungsi-fungsi manajemen dibedakan atas fungsi manajerial dan fungsi operasional.
1. Fungsi Manajerial yang meliputi :
a. Perencanaan
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan efektif serta efisien dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan ini untuk menetapkan program kepegawaian.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk megorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasinya, dalam bagan organisasi (organization chart). Organisasi yang baik akan membantu tercapainya tujuan secara efektif.
c. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif secara efisien dalam terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan dilakukan oleh pimpinan dengan kepemimpinannya, memerintah bawahan agar mau mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
d. Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mau mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan mau bekerja sesuai rencana. Bila terdapat penyimpangan atau kesalahan diadakan tindakan perbaikan atau penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan ini meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
2. Fungsi Operasional yang meliputi :
a. Pengadaan
Pengadaan (procrument) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
b. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan ketrampilan teknis, teoristik, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
1. Fungsi Manajerial yang meliputi :
a. Perencanaan
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan efektif serta efisien dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan ini untuk menetapkan program kepegawaian.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk megorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasinya, dalam bagan organisasi (organization chart). Organisasi yang baik akan membantu tercapainya tujuan secara efektif.
c. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif secara efisien dalam terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan dilakukan oleh pimpinan dengan kepemimpinannya, memerintah bawahan agar mau mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
d. Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mau mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan mau bekerja sesuai rencana. Bila terdapat penyimpangan atau kesalahan diadakan tindakan perbaikan atau penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan ini meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
2. Fungsi Operasional yang meliputi :
a. Pengadaan
Pengadaan (procrument) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
b. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan ketrampilan teknis, teoristik, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
c. Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
d. Pengintegrasian
Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya.
Pengintegrasian merupakan hal penting dalam manajeman sumber daya manusia, karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahtraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.
f. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi manajeman sumber daya manusia yang terpenting demi terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan – peraturan perusahaan dan norma – norma sosial.
g. Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebeb – sebab lainnya. Pelepasan ini diatur oleh Undang – Undang Nomor 12 tahun 1964. Pada hakekatnya fungsi manajemen yang bersifat manajerial maupun operasional dimaksudkan sebagai satu titik tolak dalam menjalankan tugas-tugas manajemen sumber daya manusia, sehingga akhirnya tercapai tujuan dari organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan dapat melakukan cara untuk memotivasi karyawan secara baik, sehingga akan mendorong prestasi kerja dan mancapai tujuan organisasi. 3. Fungsi Pemeliharaan
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
d. Pengintegrasian
Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya.
Pengintegrasian merupakan hal penting dalam manajeman sumber daya manusia, karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahtraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.
f. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi manajeman sumber daya manusia yang terpenting demi terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan – peraturan perusahaan dan norma – norma sosial.
g. Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebeb – sebab lainnya. Pelepasan ini diatur oleh Undang – Undang Nomor 12 tahun 1964. Pada hakekatnya fungsi manajemen yang bersifat manajerial maupun operasional dimaksudkan sebagai satu titik tolak dalam menjalankan tugas-tugas manajemen sumber daya manusia, sehingga akhirnya tercapai tujuan dari organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan dapat melakukan cara untuk memotivasi karyawan secara baik, sehingga akan mendorong prestasi kerja dan mancapai tujuan organisasi. 3. Fungsi Pemeliharaan
Pemeliharaan
(maintenance) karyawan harus mendapat perhatian yang sungguh – sungguh
dari manajer. Karena jika pemeliharaan karyawan ini kurang mendapat
perhatian, akibatnya semangat kerja, sikap dan loyalitas karyawan
menurun. Absensi dan turn over meningkat, disiplin akan menurun,
sehingga pengadaan, pengembangan, kompensasi dan pengintegrasian yang
telah dilakukan dengan baik dan biaya yang besar kurang berarti untuk
menunjang tujuan perusahaan. Supaya karyawan bersemangat kerja,
berdisiplin tinggi, dan bersikap loyal dalam menunjang tujuan perusahaan
maka fungsi pemeliharaan ini mutlak mendapat perhatian manajer. Tidak
mungkin karyawan bersemangat kerja dan berkonsentrasi penuh terhadap
pekerjaannya, jika kesejahteraan mereka tidak diperhatikan dengan baik.
Pengertian
pemeliharaan (maintenance) menurut Hasibuan (2000;176), adalah “usaha
mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan sikap
karyawan, agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk menunjang
tercapainya tujuan perusahaan”.
Pemilihan metode yang tepat sangat penting, supaya pelaksanaannya efektif dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi perusahaan. Manajer yang cakap akan menerapkan metode yang sesuai dan efektif dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Pemeliharaan keamanan, kesehatan dan sikap loyal karyawan hendaknya dengan metode yang efektif dan efisien supaya tercapai manfaat yang optimal.
Pemilihan metode yang tepat sangat penting, supaya pelaksanaannya efektif dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi perusahaan. Manajer yang cakap akan menerapkan metode yang sesuai dan efektif dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Pemeliharaan keamanan, kesehatan dan sikap loyal karyawan hendaknya dengan metode yang efektif dan efisien supaya tercapai manfaat yang optimal.
Menurut Hasibuan ( 2000; 178 ), metode - metode pemeliharaan terdiri dari:
1. Komunikasi
2. Insentif
3. Kesejahteraan karyawan
4. Kesadaran dan keselamatan kerja
5. Hubungan industrial Pancasila
1. Komunikasi
2. Insentif
3. Kesejahteraan karyawan
4. Kesadaran dan keselamatan kerja
5. Hubungan industrial Pancasila
4. Insentif
Metode insentif yang adil dan layak merupakan daya penggerak yang merangsang terciptanya pemeliharaan karyawan. Karena dengan pemberian insentif karyawan merasa mendapat perhatian dan pengakuan terhadap prestasi yang dicapainya, sehingga semangat kerja dan sikap loyal karyawan akan lebih baik.
Metode insentif yang adil dan layak merupakan daya penggerak yang merangsang terciptanya pemeliharaan karyawan. Karena dengan pemberian insentif karyawan merasa mendapat perhatian dan pengakuan terhadap prestasi yang dicapainya, sehingga semangat kerja dan sikap loyal karyawan akan lebih baik.
Pelaksanaan
pemberian insentif dimaksudkan perusahaan terutama untuk meningkatkan
prestasi kerja karyawan dan mempertahan karyawan yang mempunyai
produktivitas tinggi untuk tetap berada di dalam perusahaan.
Insentif
itu sendiri merupakan rangsangan yang diberikan kepada karyawan dengan
tujuan untuk mendorong karyawan dalam bertindak dan berbuat sesuatu
untuk tujuan perusahaan. Hal ini berarti insentif merupakan suatu bentuk
motivasi bagi karyawan agar dalam diri mereka timbul semangat yang
lebih besar untuk berprestasi bagi perusahaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia insentif adalah tambahan penghasilan baik berupa uang, barang dan sebagainya yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk memperbesar gairah kerja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia insentif adalah tambahan penghasilan baik berupa uang, barang dan sebagainya yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk memperbesar gairah kerja.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli mengenai insentif seperti :
1. Menurut Sarwoto (1996;144), Insentif merupakan sarana motivasi, dapat berupa perangsang atau pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang yang lebih besar untuk berprestasi bagi organisasi”.
2. Adapun definisi insentif menurut Terry (Terry, 1964) adalah: “Incentive is an important actuating tool. Human being tend to strive more itensely when the reward for accomplishing satisfies their personal demand”.
Artinya: Insentif adalah suatu alat penggerak yang penting. Manusia cenderung untuk berusaha lebih giat apabila balas jasa yang diterima memberikan kepuasan terhadap apa yang diminta.
3. Abi Sujak berpendapat bahwa “Penghargaan berupa insentif atas dasar prestasi kerja yang tinggi merupakan rasa pengakuan dari pihak organisasi terhadap prestasi karyawan dan kontribusi kepada organisasi”.
4. Menurut G.R. Terry adalah: “Latterally incentive means that which incitas or a tendency to incite action)”. Artinya: “Insentif secara harafiah berarti sesuatu yang merangsang atau mempunyai kecenderungan merangsang minat untuk bekerja”.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa insentif merupakan salah satu bentuk rangsangan atau motivasi yang sengaja diberikan kepada karyawan untuk mendorong semangat kerja karyawan agar mereka bekerja lebih produktif lagi, meningkatkan prestasinya dalam mencapai tujuan perusahaan.
4.1. Jenis-Jenis Insentif
Pada dasarnya ada dua jenis insentif yang umum diberikan seperti yang diuraikan oleh Sarwoto (1996;155), yaitu:
1. Insentif Finansial
Insentif Finansial merupakan insentif yang diberikan kepada karyawan atas hasil kerja mereka dan biasanya diberikan dalam bentuk uang berupa bonus, komisi, pembagian laba, dan kompensasi yang ditangguhkan, serta dalam bentuk jaminan sosial berupa pemberian rumah dinas, tunjangan lembur, tunjangan kesehatan dan tunjangan-tunjangan lainnya.
2. Insentif Non Finansial
Insentif non finansial dapat diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
a. Pemberian piagam penghargaan
b. Pemberian pujian lisan ataupun tertulis, secara resmi ataupun pribadi
c. Ucapan terima kasih secara formal maupun informal
d. Promosi jabatan kepada karyawan yang baik selama masa tertentu serta dianggap mampu.
e. Pemberian tanda jasa / medali kepada karyawan yang telah mencapai masa kerja yang cukup lama dan mempunyai loyalitas yang tinggi.
f. Pemberian hak untuk menggunakan sesuatu atribut jabatan (misalnya pada mobil atau lainnya).
g. Pemberian perlengkapan khusus pada ruangan kerja
Sedangkan menurut Hasibuan (2003:184) jenis-jenis insentif terbagi dua, yaitu:
1. Insentif positif
Insentif positif adalah daya perangsang dengan memberikan hadiah material atau nonmaterial kepada karyawan yang prestasi kerjanya di atas prestasi standar.
2. Insentif negative
Insentif negative adalah daya perangsang dengan memberikan ancaman hukuman kepada karyawan yang prestasi kerjanya di bawah prestasi standar.
Juga menurut Hasibuan (2003:184-185) bentuk-bentuk insentif terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Nonmaterial insentif
Nonmaterial insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan berbentuk penghargaan/pengkuhan berdasarkan prestasi kerjanya, seperti piagam, piala, atau medali.
2. Social insentif
Social insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan berdasarkan prestasi kerjanya, berupa fasilitas dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya, seperti promosi, mengikuti pendidikan, atau naik haji.
3. Material insentif
Material insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan berdasarkan prestasi kerjanya, berbentuk uang dan barang. Material insentif ini bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan beserta keluarganya.
4.2. Program Insentif yang Efektif
1. Menurut Sarwoto (1996;144), Insentif merupakan sarana motivasi, dapat berupa perangsang atau pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang yang lebih besar untuk berprestasi bagi organisasi”.
2. Adapun definisi insentif menurut Terry (Terry, 1964) adalah: “Incentive is an important actuating tool. Human being tend to strive more itensely when the reward for accomplishing satisfies their personal demand”.
Artinya: Insentif adalah suatu alat penggerak yang penting. Manusia cenderung untuk berusaha lebih giat apabila balas jasa yang diterima memberikan kepuasan terhadap apa yang diminta.
3. Abi Sujak berpendapat bahwa “Penghargaan berupa insentif atas dasar prestasi kerja yang tinggi merupakan rasa pengakuan dari pihak organisasi terhadap prestasi karyawan dan kontribusi kepada organisasi”.
4. Menurut G.R. Terry adalah: “Latterally incentive means that which incitas or a tendency to incite action)”. Artinya: “Insentif secara harafiah berarti sesuatu yang merangsang atau mempunyai kecenderungan merangsang minat untuk bekerja”.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa insentif merupakan salah satu bentuk rangsangan atau motivasi yang sengaja diberikan kepada karyawan untuk mendorong semangat kerja karyawan agar mereka bekerja lebih produktif lagi, meningkatkan prestasinya dalam mencapai tujuan perusahaan.
4.1. Jenis-Jenis Insentif
Pada dasarnya ada dua jenis insentif yang umum diberikan seperti yang diuraikan oleh Sarwoto (1996;155), yaitu:
1. Insentif Finansial
Insentif Finansial merupakan insentif yang diberikan kepada karyawan atas hasil kerja mereka dan biasanya diberikan dalam bentuk uang berupa bonus, komisi, pembagian laba, dan kompensasi yang ditangguhkan, serta dalam bentuk jaminan sosial berupa pemberian rumah dinas, tunjangan lembur, tunjangan kesehatan dan tunjangan-tunjangan lainnya.
2. Insentif Non Finansial
Insentif non finansial dapat diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
a. Pemberian piagam penghargaan
b. Pemberian pujian lisan ataupun tertulis, secara resmi ataupun pribadi
c. Ucapan terima kasih secara formal maupun informal
d. Promosi jabatan kepada karyawan yang baik selama masa tertentu serta dianggap mampu.
e. Pemberian tanda jasa / medali kepada karyawan yang telah mencapai masa kerja yang cukup lama dan mempunyai loyalitas yang tinggi.
f. Pemberian hak untuk menggunakan sesuatu atribut jabatan (misalnya pada mobil atau lainnya).
g. Pemberian perlengkapan khusus pada ruangan kerja
Sedangkan menurut Hasibuan (2003:184) jenis-jenis insentif terbagi dua, yaitu:
1. Insentif positif
Insentif positif adalah daya perangsang dengan memberikan hadiah material atau nonmaterial kepada karyawan yang prestasi kerjanya di atas prestasi standar.
2. Insentif negative
Insentif negative adalah daya perangsang dengan memberikan ancaman hukuman kepada karyawan yang prestasi kerjanya di bawah prestasi standar.
Juga menurut Hasibuan (2003:184-185) bentuk-bentuk insentif terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Nonmaterial insentif
Nonmaterial insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan berbentuk penghargaan/pengkuhan berdasarkan prestasi kerjanya, seperti piagam, piala, atau medali.
2. Social insentif
Social insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan berdasarkan prestasi kerjanya, berupa fasilitas dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya, seperti promosi, mengikuti pendidikan, atau naik haji.
3. Material insentif
Material insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan berdasarkan prestasi kerjanya, berbentuk uang dan barang. Material insentif ini bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan beserta keluarganya.
4.2. Program Insentif yang Efektif
Sebuah
sistem insentif biasanya akan memiliki kesempatan sukses yang lebih
besar jika semua karyawan di dalam organisasi diberi kesempatan
berpartisipasi. Jika beberapa karyawan dikucilkan, mereka mungkin akan
menjadi iri dan benci kepada kepada orang-orang yang memiliki kesempatan
memperoleh bayaran insentif ekstra, dan akibatnya akan kurang mau
bekerja sama sampai maksimal.
Program
insentif yang dirancang dengan baik akan berjalan karena program
tersebut didasarkan pada dua prinsip psikologis yang diterima dengan
baik, yaitu :
1. motivasi yang meningkat menyebabkan melejitnya kinerja
2. dan pengakuan merupakan faktor utama dalam motivasi. sayangnya, banyak program insentif yang dirancang secara tidak tepat, dan program tersebut akhirnya tersendat-sendat.
Seperti yang diungkapkan oleh Simamora bahwa program insentif yang baik harus memenuhi beberapa aturan sebagai berikut:
1. Sederhana
Aturan sistem insentif haruslah ringkas, jelas, dan dapat dimengerti.
2. Spesifik
Tidaklah cukup untuk mengatakan: “Hasilkan lebih banyak,” atau “ Hentikan kecelakaan kerja.” Para karyawan perlu mengetahui secara rinci apa yang diharapkan supaya mereka kerjakan.
3. Dapat dicapai
Setiap karyawan harus memiliki kesempatan yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu.
4. Dapat diukur
Tujuan yang terukur merupakan landasan dimana rencana insentif dibangun. Program bernilai rupiah merupakan pemborosan jika pencapaian spesifik tidak dapat dikaitkan dengan uang dikeluarkan.
2.5. Prestasi Kerja
1. motivasi yang meningkat menyebabkan melejitnya kinerja
2. dan pengakuan merupakan faktor utama dalam motivasi. sayangnya, banyak program insentif yang dirancang secara tidak tepat, dan program tersebut akhirnya tersendat-sendat.
Seperti yang diungkapkan oleh Simamora bahwa program insentif yang baik harus memenuhi beberapa aturan sebagai berikut:
1. Sederhana
Aturan sistem insentif haruslah ringkas, jelas, dan dapat dimengerti.
2. Spesifik
Tidaklah cukup untuk mengatakan: “Hasilkan lebih banyak,” atau “ Hentikan kecelakaan kerja.” Para karyawan perlu mengetahui secara rinci apa yang diharapkan supaya mereka kerjakan.
3. Dapat dicapai
Setiap karyawan harus memiliki kesempatan yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu.
4. Dapat diukur
Tujuan yang terukur merupakan landasan dimana rencana insentif dibangun. Program bernilai rupiah merupakan pemborosan jika pencapaian spesifik tidak dapat dikaitkan dengan uang dikeluarkan.
2.5. Prestasi Kerja
Pengertian
prestasi kerja disebut juga sebagai kinerja atau dalam bahasa Inggris
disebut dengan performances. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang
lebih menggambarkan pada “prestasi” dalam bahasa Inggris yaitu kata “
achievement”. Tetapi karena kata tersebut berasal dari kata “to achieve”
yang berarti “mencapai”, maka dalam bahasa Indonesia sering diartikan
menjadi “pencapaian” atau “apa yang dicapai”. (Ruky:15)
Bernardin dan Russel (1993:378) memberikan definisi tentang prestasi kerja sebagai berikut:
“performance is defined as the record of outcome produced on a specified job function or activity during a specified time period” (Prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan dari hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama tempo waktu tertentu).
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa prestasi kerja lebih menekankan pada hasil atau yang diperoleh dari sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada perusahaan.
Rahmanto menyebutkan prestasi kerja atau kinerja sebagai tingkat pelaksanan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
“performance is defined as the record of outcome produced on a specified job function or activity during a specified time period” (Prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan dari hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama tempo waktu tertentu).
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa prestasi kerja lebih menekankan pada hasil atau yang diperoleh dari sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada perusahaan.
Rahmanto menyebutkan prestasi kerja atau kinerja sebagai tingkat pelaksanan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
5.1. Pengertian penilaian prestasi kerja
Pada
sub-bab di atas telah dijelaskan mengenai prestasi kerja, namun
bagaimanakah definisi “penilaian”?. Penilaian prestasi pegawai dikenal
dengan istilah “Performance rating, performance appraisal, personel
assessment, employee evaluation, merit rating, efficiency rating,
service rating.”
Pada
prinsipnya penilaian prestasi kerja atau penilaian kinerja adalah
merupakan cara pengukuran kontribusi-kontribusi dari individu dalam
instansi yang dilakukan dalam organisasi. Nilai penting dari penilaian
prestasi kerja adalah menyangkut penentuan tingkat kontribusi individu
atau kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya. Dikatakan oleh Chung dan Meggison, bahwa
penilaian prestasi kerja merupakan “….a way of measuring the
contribution to their organization”.
Leon
C. Meggison (1981:310) mengemukakan bahwa “Performace appraisal is the
process an employer uses to whether an employee is performing the job as
intended”. (Penilaian prestasi kerja adalah suatu proses yang digunakan
majikan untuk menentukan apakah seorang pegawai melakukan pekerjaannya
sesuai dengan yang dimaksudkan).
Andrew
E. Sikula (1981:205) menjelaskan bahwa “Employee appraising the
systematic evaluation of a worker’s job performance and potential for
development. Appraising is the process of estimating or jugjing the
value, excellence, qualities, or status of some object, person, or
thing”. (Penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari
pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian adalah
proses penaksiran atau penentuan nilai, kualitas, atau status dari
beberapa objek, orang ataupun sesuatu).
Putti dalam bukunya A Manager’s Primer on Performace Appraisal, sebagaimana yang dikutip oleh Achmad S. Ruky (2002;12-13), terdapat beberapa definisi penilaian prestasi kerja, antara lain:
1. Roger Belows, dalam Psycology of Personal in Business Industry, mendefiniskan suatu penilaian periodic atas nilai seseorang individu karyawan bagi organisasinya, dilakukan oleh atasannya atau seseorang yang berada dalam posisi untuk mengamati atau menilai prestasi kerjanya.
2. Dale S. Beach, The Management of People at Work, mendefinisikan sebuah penilaian sistimatis atas individu karyawan mengenai prestasinya dalam pekerjaannya dan potensinya untuk pengembangan.
3. Bernardin dan Russel (1993:379), mendefinisikan suatu cara mengukur kontribusi individu (karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja.
4. Cascio (1992:267), mendefinisikan sebuah gambaran atau diskripsi sistimatis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dengan pekerjaan dari seseorang atau satu kelompok.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja merupakan cara sistematis untuk mengevaluasi prestasi, kontribusi, potensi dan nilai dari seorang karyawan oleh orang-orang yang diberi wewenang perusahaan sebagai landasan pengembangan dan sebagainya.
5.2. Tujuan penilaian prestasi kerja
Putti dalam bukunya A Manager’s Primer on Performace Appraisal, sebagaimana yang dikutip oleh Achmad S. Ruky (2002;12-13), terdapat beberapa definisi penilaian prestasi kerja, antara lain:
1. Roger Belows, dalam Psycology of Personal in Business Industry, mendefiniskan suatu penilaian periodic atas nilai seseorang individu karyawan bagi organisasinya, dilakukan oleh atasannya atau seseorang yang berada dalam posisi untuk mengamati atau menilai prestasi kerjanya.
2. Dale S. Beach, The Management of People at Work, mendefinisikan sebuah penilaian sistimatis atas individu karyawan mengenai prestasinya dalam pekerjaannya dan potensinya untuk pengembangan.
3. Bernardin dan Russel (1993:379), mendefinisikan suatu cara mengukur kontribusi individu (karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja.
4. Cascio (1992:267), mendefinisikan sebuah gambaran atau diskripsi sistimatis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dengan pekerjaan dari seseorang atau satu kelompok.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja merupakan cara sistematis untuk mengevaluasi prestasi, kontribusi, potensi dan nilai dari seorang karyawan oleh orang-orang yang diberi wewenang perusahaan sebagai landasan pengembangan dan sebagainya.
5.2. Tujuan penilaian prestasi kerja
Perusahaan
maupun organisasi menggunakan penilaian prestasi kerja bagi para
karyawan atau individu mempunyai maksud sebagai langkah administrative
dan pengembangan. Secara administrative, perusahaan atau organisasi
dapat menjadikan penilaian prestasi kerja sebagai acuan atau standar di
dalam membuat keputusan yang berkenaan dengan kondisi pekerjaan
karyawan, termasuk untuk promosi pada jenjang karir yang lebih tinggi,
pemberhentian, dan penghargan atau penggajian. Sedangkan untuk
pemgembangannya adalah cara untuk memotivasi dan meningkatkan
keterampilan kerja, termasuk pemberian konseling pada perilaku karyawan
dan menindaklanjuti dengan pengadaan training.
Kontribusi
hasil-hasil penilaian merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi
perencanaan kebijakan-kebijakan organisasi. Kebijakan-kebijakan
organisasi dapat menyangkut aspek individual dan aspek organisasional.
Adapun secara terperinci manfaat penilaian kinerja bagi organisasi
adalah:
1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
2. Perbaikan kinerja
3. Kebutuhan latihan dan pengembangan
4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan, promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja
5. Untuk kepentingan penelitian kepegawaian
6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan disain pegawai
Lebih lanjut Rahmanto, menjelaskan tujuan penilaian prestasi kerja adalah:
1. Membedakan tingkat prestasi kerja setiap karyawan
2. Pengambilan keputusan administrasi seperti: seleksi, promosi, demosi, retention, transfer, pemecatan, dan kenaikan gaji
3. Pemberian pinalti seperti: bimbingan untuk meningkatkan motivasi dan diklat untuk mengembangkan keahlian
2. Perbaikan kinerja
3. Kebutuhan latihan dan pengembangan
4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan, promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja
5. Untuk kepentingan penelitian kepegawaian
6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan disain pegawai
Lebih lanjut Rahmanto, menjelaskan tujuan penilaian prestasi kerja adalah:
1. Membedakan tingkat prestasi kerja setiap karyawan
2. Pengambilan keputusan administrasi seperti: seleksi, promosi, demosi, retention, transfer, pemecatan, dan kenaikan gaji
3. Pemberian pinalti seperti: bimbingan untuk meningkatkan motivasi dan diklat untuk mengembangkan keahlian
2.6. Hubungan Insentif dengan Prestasi Kerja
Perusahaan-perusahaan
meyakini bahwa sistem imbalan pada umumnya dan sistem insentif pada
khususnya mempengaruhi kinerja (prestasi kerja). Selain itu, banyak
karyawan yang lebih menyukai bahwa bayaran mereka dikaitkan dengan
prestasi kerja masing-masing.
Insentif dan prestasi kerja adalah bagian dari pengelolaan yang kompleks untuk menyatakan dan mempertahankan hubungan kerja di antara perusahaan dan karyawan. Kedua hal tersebut mendemonstrasikan tidak hanya apa yang hendak dicapai oleh manajemen, namun juga keyakinan manajemen tentang hubungan tersebut.
Insentif dan prestasi kerja adalah bagian dari pengelolaan yang kompleks untuk menyatakan dan mempertahankan hubungan kerja di antara perusahaan dan karyawan. Kedua hal tersebut mendemonstrasikan tidak hanya apa yang hendak dicapai oleh manajemen, namun juga keyakinan manajemen tentang hubungan tersebut.
Untuk
jelasnya penulis akan uraikan alasan-alasan mengaitkan bayaran dengan
prestasi kerja menurut Simamora (1997;624),yaitu sebagai berikut ;
1. Motivasi
Teori harapan/ekspektasi (expectancy theory) yang dikedepankan oleh Vroom menyatakan bahwa kaitan prestasi kerja dan pembayaran adalah esensial untuk memotivasi peningkatan prestasi kerja.
2. Retensi
Mengaitkan bayaran dengan Prestasi kerja kemungkinan akan membantu memperbaiki komposisi tenaga kerja. Karyawan – karyawan yang baik akan cenderung mendapatkan bagian yang lebih besar dari sumber daya kompensasi dan dengan demikian termotivasi untuk tetap bersama organisasi. Karyawan-karyawan yang di bawah rata-rata akan menjadi kecil hati dan meninggalkan organisasi.
3. Produktivitas
Pada saat prestasi kerja dikaitkan dengan imbalan-imbalan, orang-orang dengan produktivitas tinggi akan lebih termotivasi untuk bekerja.
4. Penghematan – penghematan Biaya
Manfaat paling kentara dari bayaran berdasarkan prestasi kerja adalah kapabilitas mengaitkan biaya-biaya konpensasi dengan hasil-hasil produktivitas. Dengan mendasarkan bayaran atas kinerja, perusahaan dapat memastikan bahwa biaya-biaya konpensasi akan bertalian dengan hasil-hasil organisasional.
5. Sasaran-sasaran Organisasional
Selalu merupakan suatu tantangan untuk memastikan bahwa semua karyawan memahami betul tujuan-tujuan organisasi. Dengan mengaitkan bayaran dengan prestasi kerja yang ditetapkan secara organisasional, adalah mungkin memastikan bahwa sasaran-sasaran individu adalah sejalan dengan tujuan-tujuan organisasional. Karyawan-karyawan yang upaya-upayanya tidak sinkron dengan tujuan-tujuan organisasi tidak bakal menikmati bagian imbalan yang setimpal.
1. Motivasi
Teori harapan/ekspektasi (expectancy theory) yang dikedepankan oleh Vroom menyatakan bahwa kaitan prestasi kerja dan pembayaran adalah esensial untuk memotivasi peningkatan prestasi kerja.
2. Retensi
Mengaitkan bayaran dengan Prestasi kerja kemungkinan akan membantu memperbaiki komposisi tenaga kerja. Karyawan – karyawan yang baik akan cenderung mendapatkan bagian yang lebih besar dari sumber daya kompensasi dan dengan demikian termotivasi untuk tetap bersama organisasi. Karyawan-karyawan yang di bawah rata-rata akan menjadi kecil hati dan meninggalkan organisasi.
3. Produktivitas
Pada saat prestasi kerja dikaitkan dengan imbalan-imbalan, orang-orang dengan produktivitas tinggi akan lebih termotivasi untuk bekerja.
4. Penghematan – penghematan Biaya
Manfaat paling kentara dari bayaran berdasarkan prestasi kerja adalah kapabilitas mengaitkan biaya-biaya konpensasi dengan hasil-hasil produktivitas. Dengan mendasarkan bayaran atas kinerja, perusahaan dapat memastikan bahwa biaya-biaya konpensasi akan bertalian dengan hasil-hasil organisasional.
5. Sasaran-sasaran Organisasional
Selalu merupakan suatu tantangan untuk memastikan bahwa semua karyawan memahami betul tujuan-tujuan organisasi. Dengan mengaitkan bayaran dengan prestasi kerja yang ditetapkan secara organisasional, adalah mungkin memastikan bahwa sasaran-sasaran individu adalah sejalan dengan tujuan-tujuan organisasional. Karyawan-karyawan yang upaya-upayanya tidak sinkron dengan tujuan-tujuan organisasi tidak bakal menikmati bagian imbalan yang setimpal.
BAGUS BANGET,,,,
BalasHapushmm
Hapushmm
Hapusberguna sekali
BalasHapussangat bermanfaat
BalasHapusgoood gooood
BalasHapusbagus banget
BalasHapussangat bagus banget dan sangat bermanfaat untuk menambah wawasan SDM.!!
BalasHapus