PENDAHULUAN
Membahas tentang filsafat manajemen
pendidikan, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah filsafat. Seperti kita
ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim filsafat. Bisa
dikatakan bahwa filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan. Pada fase
awalnya filsafat hanya melahirkan dua ilmu pengetahuan, yakni ilmu alam (Natural
Philosophy) dan ilmu sosial (Moral Philosophy) maka dewasa ini
terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan (Suriasumantri, 2005:92). Hal ini,
menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh berkembangnya kebudayaan dan peradaban
manusia
Dalam abad ke 18
dengan bermunculannya negara-negara maju dibelahan dunia, muncul cabang ilmu
pengetahuan baru yakni manajemen, yang semula masih segan diakui sebagai ilmu
pengetahuan. Hal ini bukanlah suatu yang baru. Ilmu kemasyarakatan (yang sejak
semula dinamakan sosiologi) harus memperjuangkan kedudukannya untuk menjadi
ilmu pengetahuan disamping ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Demikian pula
halnya ilmu ”manajemen” yang menjadi bahan perbincangan kita sekarang. Barulah
pada masa Taylor dan Fuyol, seiring dengan tumbuhnya negara-negara industri
ilmu manajemen itu mulai dianggap sebagai ilmu. Kelahiran ilmu manajemen
kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan yang kemudian disintesiskan menjadi
menajemen pendidikan.
Menurut
Suriasumantri (2005:35), Setiap pembahasan tentang gejala atau objek sesuatu
ilmu pengetahuan (manajemen pendidikan), paling sedikit kita pertanyakan (1)
apa hakikat gejala/objek itu (landasan ontologis), (2) bagaimana cara
mendapatkan atau penggarapan gejala/objek itu (landasan epistemologis), (3) apa
manfaat gejala/objek itu (landasan aksiologis).
Rumusan Masalah :
1. Bagaimanakah landasan ontologis
manajemen pendidikan?
2. Bagaimana landasan epistemologis
manajemen pendidikan?
3. Apa manfaat atau landasan
aksiologis manajemen pendidikan?.
A. Landasan Ontologi Manajemen
Pendidikan
Pertama-tama
pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari manajemen pendidikan.
Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan manajemen pendidikan melalui
pengalaman pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris baik yang
berupa tingkat kwalitas maupun kwantitas hasil yang dicapai. Objek materi
manjemen pendidikan pendidikan ialah sisi manajemen yang mengatur seluruh
kegiatan kependidikan, yaitu, Perencanaan, pengorganisasian, Pengerahan
(motivasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komonikasi, koordinasi, dan
negoisasi serta pengembangan organisasi) dan pengendalian (Meliputi
Pemantauan,penilaian, dan pelaporan.
B. Landasan Epistemologis
Manajemen Pendidikan
Menurut Husaini
(2006:7) pengertian manajemen pendidikan adalah seni atau ilmu mengelola sumber
daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaa, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Manajemen
pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya
pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sumber daya
pendidikan adalah sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan
yang meliputi enam hal; (1) administrasi peserta didik; (2) administrasi
tenaga pendidik; (3)administrasi keuangan; (4) administrasi
sarana dan prasarana; (5) admistrasi hubungan sekolah dengan masyarakat;
dan (6) administrasi layanan khusus.
Perencanaan adalah sejumlah
kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode
tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tujuan perencanaan adalah (1) standar
pengawasan, (2) Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan, (3)
mengetahui siapa saja yang terlibat, (4) mendapatkan kegiatan yang sitematis,
(5) meminimalkan kegiatan yang tidak produktif, (6) mendeteksi hambatan dan
kesulitan yang ditemui, dan (7) mengarahkan pada pencapaian tujuan.
Manfaat dari perencanaan adalah :
- sebagai standar pengaasan dan pengawasan
- pemuilihan sebagai alterbatif terbaik
- penyusunan skala proritas, baik sasaran maupun kegiatan
- menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
- membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
- alat yang memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
- alat yang meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
Pengorganisasian adalah (1)
penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi, (2) proses perencanaan dan pengembangan suatu organisasi, (3)
penguasaan tanggung jawab tertentu, (4) pendelegasian wewenangyang diperlukan
untuk individu-individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Tiga komponen pengorganisasian:
1. ada kerja sama,
2. ada orang (pelaksana), dan
3. adanya tujuan bersama
Manfaat Pengorganisasian adaah :
- Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber dayayang dimiliki.
- untuk mencapai tujuan yang lebih efektif dan efesien,
- wadah memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara bersama-sama.
- wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki sesorang.
- wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja.
- dawah mencari keuntungan bersama.
- wadah mengelola lingkungan bersama-sama.
- wadah menggunakan kekuasaan dan pengawasan
- wadah mendapatkan pengahrgaan.
- wadah memenuhi kebutuhan manusia.
- wadah menambah pergaulan
Salah satu fungsi manejeman adalah pengerahan
atau pelaksanaan. Setelah melaksanakan perencaan dan pengorganisian yang
terpenting adalah implementasi dari perencaaan yaitu pelaksaan. Pelasanaan
dalam program organisasi sangat terggantung dari dua aspek, yaitu:
Kepemimpinan, dan motivasi kerja anggota organisasi. Antar pemimpin dan
pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung jawab masing masing atas tugasnya.
Program tidak akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan apabila tidak
didukung oleh kepemimpinan yang kuat dan motivasi kerja para anggota
organisasi.
Pengendalian adalah proses
pemantauan, penilaian dan pelaporan perencanaan atas pencapaian tujuan yang
dicapai yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih
lanjut.
Pengendalian sering disebut dengan
pengawasan atau controlling. Tujuannnya adalah:
- menghentikan atau meniadakan masalah, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, banbatan dan ketidak adilan.
- Mencegah terulangnya kembali kesalahan penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, banbatan dan ketidak adilan.
- menciptakan cara yang lebih baik untuk membina yang telah baik.
- menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi dan akuntabilitas organisasi.
- meningkatkan kelancaran operasi organisasi.
- memberikn opini atas kerja organisasi.
menciptakan
terwujudnya pemerintahan yang bersih.
Manfaat
pengawasan adalah menigkatnya akuntabilitas dan keterbukaan dalam organisasi.
Dasar
epistemologis diperlukan dalam manajemen pendidikan atau pakar ilmu pendidikan
demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun
pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namun
telaah atas objek formil ilmu manajemen pendidikan memerlukaan pendekatan
fenomenologis yang akan menjalin studi empirik dengan studi
kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitaatif,
artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data
secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan
oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya.
Karena penelitian tertuju tidak hnya pemahaman dan pengertian (verstehen,
Bodgan & Biklen, dalam Umaedi: 1999)
Pemikiran ini
telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu
pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai institusi paling
depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen
peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (School Based Quality Management) atau
dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan (developmental) disebut School
Based Quality Improvement.
Konsep
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini ditulis dengan tujuan;
- Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah khususnya kepada masyarakat.
- Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat diimplentasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman kultural, sosio-ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografisnya.
- Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah dan individu yang peduli terhadap pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.
- Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat dan berpikir mengenai peningkatan mutu pendidikan/pada sekolah masing – masing.
- Menggalang kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut serta secara aktif dan dinamis dalam mensukseskan peningkatan mutu pendidikan.
- Memotivasi timbulnya pemikiran-pemikiran baru dalam mensukseskan pembangunan pendidikan dari individu dan masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan dalam proses pembangunan tersebut.
- Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan (terus menerus) pada tataran sekolah.
- Mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap sekolah harus dirumuskan dengan jelas dan dengan target mutu yang harus dicapai setiap tahun. 5 tahun,dst,sehingga tercapai misi sekolah kedepan.
Peran Esensial
Pemimpin Kepemimpinan mempunyai peran strategis dalam upaya perbaikan kualitas.
Setiap anggota organisasi harus memberikan konstribusi penting dalam upaya
tersebut. Namun, setiap upaya perbaikan yang tidak didukung secara aktif oleh
pimpinan, komitment, kreatifitas, maka lama-kelamaan akan hilang
C. Dasar Aksiologis Managemen
Pendidikan
Aksiologi
merupakan suatu pendidikan yang menguji danmenitegrasikan semua nilai tersebut
dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam
pribadi para pemimpin pendidikan (kepala sekolah), guru, staf dan anak didik.
Sesuai dengan tujuannya, maka manfaat manajemen pendidikan; Pertama,
terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif,
Inovative, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM); Kedua, terciptanya
peserta didik yang aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan
spritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara; Ketiga,
terpenuhinya salah satu dari 4 kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan
(tertunjangnya kompetensi profesional sebagai pendidik dan tenaga kependidikan
sebagai manajer); Keempat, tercapainya tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien; Kelima, terbekalinya tenaga
kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan
(tertunjangnya profesi sebagai manajer pendidikan atau konsultan manajemen
pendidikan); Keenam, teratasinya masalah mutu
pendidikan.(Husaini, 2006:8)
Kemanfaatan teori Manajemen pendidikan
tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk
memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan
manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai manajemen pendidikan tidak hanya
bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai
ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam
praktek melalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan
pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu pendidikan tidak
bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar pekerjaan
administrasi pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Dalam hal ini
relevan sekali untuk memperhatikan pendidikan sebagai bidang yang sarat nilai
seperti dijelaskan oleh Phenix (1966). Itu sebabnya pendidikan memerlukan
teknologi pula untuk menjembatani persoalan yang sedang berlangsung maupun yang
akan terjadi.
KESIMPULAN
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa Landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
(pragmatis) dalam Managemen pendidikan mempunyai peran penting dalam :
- Menentukan nilai-nilai filosofis dalam pengembangan manajemen pendidikan.
- Dasar ontologi manajemen pendidikan adalah objek materi manjemen pendidikan ialah sisi manajemen yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan, yaitu, Perencanaan, pengorganisasian, Pengerahan (motivasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komonikasi, koordinasi, dan negoisasi serta pengembangan organisasi) dan pengendalian (Meliputi Pemantauan,penilaian, dan pelaporan.
- Dasar epistemologis diperlukan dalam manajemen pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab.
- Dasar Aksiologis Managemen Pendidikan adalah Kemanfaatan teori Manajemen pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai manajemen pendidikan.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
setiap pembahasan mengenai ilmu pengetahuan diharapkan melalui kajian landasan
filosofis, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi agar supaya upaya dan
usaha yang menjadi program dalam manajemen pendidikan dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
PENDAHULUAN
Membahas tentang filsafat manajemen
pendidikan, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah filsafat. Seperti kita
ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim filsafat. Bisa
dikatakan bahwa filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan. Pada fase
awalnya filsafat hanya melahirkan dua ilmu pengetahuan, yakni ilmu alam (Natural
Philosophy) dan ilmu sosial (Moral Philosophy) maka dewasa ini
terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan (Suriasumantri, 2005:92). Hal ini,
menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh berkembangnya kebudayaan dan peradaban
manusia
Dalam abad ke 18
dengan bermunculannya negara-negara maju dibelahan dunia, muncul cabang ilmu
pengetahuan baru yakni manajemen, yang semula masih segan diakui sebagai ilmu
pengetahuan. Hal ini bukanlah suatu yang baru. Ilmu kemasyarakatan (yang sejak
semula dinamakan sosiologi) harus memperjuangkan kedudukannya untuk menjadi
ilmu pengetahuan disamping ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Demikian pula
halnya ilmu ”manajemen” yang menjadi bahan perbincangan kita sekarang. Barulah
pada masa Taylor dan Fuyol, seiring dengan tumbuhnya negara-negara industri
ilmu manajemen itu mulai dianggap sebagai ilmu. Kelahiran ilmu manajemen
kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan yang kemudian disintesiskan menjadi
menajemen pendidikan.
Menurut
Suriasumantri (2005:35), Setiap pembahasan tentang gejala atau objek sesuatu
ilmu pengetahuan (manajemen pendidikan), paling sedikit kita pertanyakan (1)
apa hakikat gejala/objek itu (landasan ontologis), (2) bagaimana cara
mendapatkan atau penggarapan gejala/objek itu (landasan epistemologis), (3) apa
manfaat gejala/objek itu (landasan aksiologis).
Rumusan Masalah :
1. Bagaimanakah landasan ontologis
manajemen pendidikan?
2. Bagaimana landasan epistemologis
manajemen pendidikan?
3. Apa manfaat atau landasan
aksiologis manajemen pendidikan?.
A. Landasan Ontologi Manajemen
Pendidikan
Pertama-tama
pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari manajemen pendidikan.
Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan manajemen pendidikan melalui
pengalaman pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris baik yang
berupa tingkat kwalitas maupun kwantitas hasil yang dicapai. Objek materi
manjemen pendidikan pendidikan ialah sisi manajemen yang mengatur seluruh
kegiatan kependidikan, yaitu, Perencanaan, pengorganisasian, Pengerahan
(motivasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komonikasi, koordinasi, dan
negoisasi serta pengembangan organisasi) dan pengendalian (Meliputi
Pemantauan,penilaian, dan pelaporan.
B. Landasan Epistemologis
Manajemen Pendidikan
Menurut Husaini
(2006:7) pengertian manajemen pendidikan adalah seni atau ilmu mengelola sumber
daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaa, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Manajemen
pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya
pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sumber daya
pendidikan adalah sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan
yang meliputi enam hal; (1) administrasi peserta didik; (2) administrasi
tenaga pendidik; (3)administrasi keuangan; (4) administrasi
sarana dan prasarana; (5) admistrasi hubungan sekolah dengan masyarakat;
dan (6) administrasi layanan khusus.
Perencanaan adalah sejumlah
kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode
tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tujuan perencanaan adalah (1) standar
pengawasan, (2) Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan, (3)
mengetahui siapa saja yang terlibat, (4) mendapatkan kegiatan yang sitematis,
(5) meminimalkan kegiatan yang tidak produktif, (6) mendeteksi hambatan dan
kesulitan yang ditemui, dan (7) mengarahkan pada pencapaian tujuan.
Manfaat dari perencanaan adalah :
- sebagai standar pengaasan dan pengawasan
- pemuilihan sebagai alterbatif terbaik
- penyusunan skala proritas, baik sasaran maupun kegiatan
- menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
- membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
- alat yang memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
- alat yang meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
Pengorganisasian adalah (1)
penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi, (2) proses perencanaan dan pengembangan suatu organisasi, (3)
penguasaan tanggung jawab tertentu, (4) pendelegasian wewenangyang diperlukan
untuk individu-individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Tiga komponen pengorganisasian:
1. ada kerja sama,
2. ada orang (pelaksana), dan
3. adanya tujuan bersama
Manfaat Pengorganisasian adaah :
- Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber dayayang dimiliki.
- untuk mencapai tujuan yang lebih efektif dan efesien,
- wadah memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara bersama-sama.
- wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki sesorang.
- wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja.
- dawah mencari keuntungan bersama.
- wadah mengelola lingkungan bersama-sama.
- wadah menggunakan kekuasaan dan pengawasan
- wadah mendapatkan pengahrgaan.
- wadah memenuhi kebutuhan manusia.
- wadah menambah pergaulan
Salah satu fungsi manejeman adalah pengerahan
atau pelaksanaan. Setelah melaksanakan perencaan dan pengorganisian yang
terpenting adalah implementasi dari perencaaan yaitu pelaksaan. Pelasanaan
dalam program organisasi sangat terggantung dari dua aspek, yaitu:
Kepemimpinan, dan motivasi kerja anggota organisasi. Antar pemimpin dan
pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung jawab masing masing atas tugasnya.
Program tidak akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan apabila tidak
didukung oleh kepemimpinan yang kuat dan motivasi kerja para anggota
organisasi.
Pengendalian adalah proses
pemantauan, penilaian dan pelaporan perencanaan atas pencapaian tujuan yang
dicapai yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih
lanjut.
Pengendalian sering disebut dengan
pengawasan atau controlling. Tujuannnya adalah:
- menghentikan atau meniadakan masalah, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, banbatan dan ketidak adilan.
- Mencegah terulangnya kembali kesalahan penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, banbatan dan ketidak adilan.
- menciptakan cara yang lebih baik untuk membina yang telah baik.
- menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi dan akuntabilitas organisasi.
- meningkatkan kelancaran operasi organisasi.
- memberikn opini atas kerja organisasi.
menciptakan
terwujudnya pemerintahan yang bersih.
Manfaat
pengawasan adalah menigkatnya akuntabilitas dan keterbukaan dalam organisasi.
Dasar
epistemologis diperlukan dalam manajemen pendidikan atau pakar ilmu pendidikan
demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun
pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namun
telaah atas objek formil ilmu manajemen pendidikan memerlukaan pendekatan
fenomenologis yang akan menjalin studi empirik dengan studi
kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitaatif,
artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data
secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan
oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya.
Karena penelitian tertuju tidak hnya pemahaman dan pengertian (verstehen,
Bodgan & Biklen, dalam Umaedi: 1999)
Pemikiran ini
telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu
pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai institusi paling
depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen
peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (School Based Quality Management) atau
dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan (developmental) disebut School
Based Quality Improvement.
Konsep
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini ditulis dengan tujuan;
- Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah khususnya kepada masyarakat.
- Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat diimplentasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman kultural, sosio-ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografisnya.
- Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah dan individu yang peduli terhadap pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.
- Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat dan berpikir mengenai peningkatan mutu pendidikan/pada sekolah masing – masing.
- Menggalang kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut serta secara aktif dan dinamis dalam mensukseskan peningkatan mutu pendidikan.
- Memotivasi timbulnya pemikiran-pemikiran baru dalam mensukseskan pembangunan pendidikan dari individu dan masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan dalam proses pembangunan tersebut.
- Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan (terus menerus) pada tataran sekolah.
- Mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap sekolah harus dirumuskan dengan jelas dan dengan target mutu yang harus dicapai setiap tahun. 5 tahun,dst,sehingga tercapai misi sekolah kedepan.
Peran Esensial
Pemimpin Kepemimpinan mempunyai peran strategis dalam upaya perbaikan kualitas.
Setiap anggota organisasi harus memberikan konstribusi penting dalam upaya
tersebut. Namun, setiap upaya perbaikan yang tidak didukung secara aktif oleh
pimpinan, komitment, kreatifitas, maka lama-kelamaan akan hilang
C. Dasar Aksiologis Managemen
Pendidikan
Aksiologi
merupakan suatu pendidikan yang menguji danmenitegrasikan semua nilai tersebut
dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam
pribadi para pemimpin pendidikan (kepala sekolah), guru, staf dan anak didik.
Sesuai dengan tujuannya, maka manfaat manajemen pendidikan; Pertama,
terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif,
Inovative, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM); Kedua, terciptanya
peserta didik yang aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan
spritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara; Ketiga,
terpenuhinya salah satu dari 4 kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan
(tertunjangnya kompetensi profesional sebagai pendidik dan tenaga kependidikan
sebagai manajer); Keempat, tercapainya tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien; Kelima, terbekalinya tenaga
kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan
(tertunjangnya profesi sebagai manajer pendidikan atau konsultan manajemen
pendidikan); Keenam, teratasinya masalah mutu
pendidikan.(Husaini, 2006:8)
Kemanfaatan teori Manajemen pendidikan
tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk
memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan
manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai manajemen pendidikan tidak hanya
bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai
ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam
praktek melalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan
pengaruh yang positif dalam pendidikan. Dengan demikian ilmu pendidikan tidak
bebas nilai mengingat hanya terdapat batas yang sangat tipis antar pekerjaan
administrasi pendidikan dan tugas pendidik sebagi pedagok. Dalam hal ini
relevan sekali untuk memperhatikan pendidikan sebagai bidang yang sarat nilai
seperti dijelaskan oleh Phenix (1966). Itu sebabnya pendidikan memerlukan
teknologi pula untuk menjembatani persoalan yang sedang berlangsung maupun yang
akan terjadi.
KESIMPULAN
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa Landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
(pragmatis) dalam Managemen pendidikan mempunyai peran penting dalam :
- Menentukan nilai-nilai filosofis dalam pengembangan manajemen pendidikan.
- Dasar ontologi manajemen pendidikan adalah objek materi manjemen pendidikan ialah sisi manajemen yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan, yaitu, Perencanaan, pengorganisasian, Pengerahan (motivasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komonikasi, koordinasi, dan negoisasi serta pengembangan organisasi) dan pengendalian (Meliputi Pemantauan,penilaian, dan pelaporan.
- Dasar epistemologis diperlukan dalam manajemen pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab.
- Dasar Aksiologis Managemen Pendidikan adalah Kemanfaatan teori Manajemen pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai manajemen pendidikan.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
setiap pembahasan mengenai ilmu pengetahuan diharapkan melalui kajian landasan
filosofis, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi agar supaya upaya dan
usaha yang menjadi program dalam manajemen pendidikan dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
assalamualaikum wr.wb
BalasHapusminta izin copy sbagian isinya...
BalasHapuspermisi, copy yah ^^
BalasHapusTERIMA KASIH ATAS ILMUNYA,.,.,.,. THANKS FOR ALL
BalasHapuscukup menarik buat menambah wawasan tentang keilmuan, terima kasih banyak
BalasHapustrims utk tambahan referensi :)
BalasHapushhemmm..... izin copy yah..... ^^
BalasHapusmakalahnya bagus..emm, moga ada yang lain lagi.
BalasHapusBagaimana pengembangan selanjutnya pak
BalasHapusAlhamdulillah, makalahnya keren..
BalasHapusAssalamualaikum ...
BalasHapusGOOD
BalasHapusbagus banget, ijin copas yaa.
BalasHapussiiiip sangat menbantu,trims
BalasHapusmakasih...sangat membantu sekali
BalasHapusmakasih...
BalasHapus:)
trmakasih
BalasHapusapril
BalasHapusterima kasih ilmu'ne...
semoga bermanfaat bagi saya dan semuanya..
amin...
april
BalasHapusterima kasih ilmu'ne...
semoga bermanfaat bagi saya dan semuanya..
amin...
baguuss kaliii.... :)
BalasHapusterimakasih,,, file ini membantu banget dalam hal penambahan wawasan dan pengetahuan sya
BalasHapusthanks for sharing.
BalasHapusmkasih y
BalasHapusSiip, bagus buangeeet .... ijin share yaah .... :))
BalasHapusmau copas yaa
BalasHapusizin copy ya..
BalasHapus
BalasHapusThanks for providing such a great article, it was excellent and very informative.
as a first time visitor to your blog I am very impressed.
Economics :)
terima kasih ilmunya.. ijin copy yach
BalasHapus