a.Peran Sosiologi dalam pendidikan
Sebelum
melihat apa peran sosiologi dalam pendidikan, kita perlu mengetahui terlebih
dahulu ilmu-ilmu yang mendasari ilmu pendidikan. Menurut Vaizey (1987:8) ada
dua ilmu utama yang mendasari ilmu pendidikan yaitu psikologi dan sosiologi.
Psikologi telah menambah pengetahuan tentang proses pendidikan dengan jalan
membedakan antara hasil yang dicapai, yang diukur dengan penyelesaian suatu
tugas, dan kemampuan sebagai suatu kekuatan potensiil yang ada. Sedangkan Sosiologi
merupakan ilmu yang masih muda. Kajiannya sangat luas, akan tetapi dalam
pendidikanlah para tokoh sosiologi memberikan apa yang mungkin merupakan
sumbangannya yang terbesar terhadap pengetahuan dan garis kebijaksanaan.
Kedua
ilmu di atas, sama-sama merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam
pendidikan. Namun, dalam pembahasan ini hanya akan difokuskan pada ilmu
sosiologi dan bidang kajiannya.
Sosiologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia sebagai individu dengan anggota masyarakat. Sedangkan menurut Munib (2007:58) pendidikan tidak berjalan dengan vakum sosial. Hal ini dikarenakan antara bidang kajian sosiologi dan pendidikan saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Bidang kajian sosiologi yang berkaitan langsung dengan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) Pendidikan dan masyarakat dan (2) Pendidikan dan perubahan sosial.
Sosiologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia sebagai individu dengan anggota masyarakat. Sedangkan menurut Munib (2007:58) pendidikan tidak berjalan dengan vakum sosial. Hal ini dikarenakan antara bidang kajian sosiologi dan pendidikan saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Bidang kajian sosiologi yang berkaitan langsung dengan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) Pendidikan dan masyarakat dan (2) Pendidikan dan perubahan sosial.
(1) Pendidikan
dan masyarakat.
Dilihat dari sudut masyarakat
secara keseluruhan, fungsi pendidikan adalah untuk memelihara kebudayaan.
Kebudayaan berhubungan dengan nilai-nilai, kepercayaan, norma-norma yang turun
temurun dari generasi dan generasi yang selalui mengalami perubahan.
(2) Pendidikan
dan perubahan social
Sekolah dan masyarakat saling mempengaruhi dalam
berbagai cara. Beberapa di antara perubahan tersebut adalah:
a.
Perubahan teknologi
Dilihat dari sudut pandang sekolah, perubahan
teknologi mempunyai tiga dampak penting,yaitu
ŏ Perubahan
teknologi dapat menciptakan suatu tuntutan bagi individu untuk memiliki
keterampilan baru.
ŏ Perubahan
teknologi menuntut agar sekolah dapat mempersiapkan lulusannya untuk dapat
menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
ŏ Pengaruh
teknologi terhadap sekolah yang terutama adalah pada penggunaan media
pembelajaran, komunikasi, transformasi, dan revolusi bioteknologi.
b.
Perubahan demografi
Perubahan
yang terjadi sehubungan dengan ukuran, penyaluran, dan komposisi penduduk. Pengaruhnya
terhadap pendidikan antara lain:
ŏ Pengembangan
kebijakan pendidikan.
ŏ Pembatasan secara
ketat penerimaan siswa baru.
ŏ Ketidakseimbangan
antara pertambahan penduduk dengan fasilitas pendidikan.
c.
Urbanisasi dan sub-urbanisasi
ŏ Tanggung
jawab sekolah membantu penyesuaian diri dari berbagai macam kelompok yang
sebagian besar merupakan penduduk perkotaan.
ŏ Sekolah
mempunyai peranan yang penting dalam membantu mekanisme kontrol sosial di
masyarakat.
ŏ Sekolah
menentukan pengalaman pendidikan khususnya dalam mempersiapkan peserta didik
secara tepat untuk hidup diperkotaan.
d.
Perubahan politik masyarakat, bangsa, dan Negara
Dua perubahan utama telah dan
akan terus berlangsung yang memiliki dampak terhadap pendidikan, terjadi di
dalam struktur pemerintahan dan di dalam masyarakat, yaitu:
ŏ Meningkatnya
keterlibatan pemerintahan di dalam kegiatan-kegiatan anggota masyarakat.
ŏ Berkembangnya
saling ketergantungan antara pemerintah negara yang satu dengan pemerintah
negara yang lain, tidak hanya di lingkungan
masyarakatnya, tetapi juga antar bangsa.
Asumsi-asumsi mengenai peran
sosiologi dalam pendidikan tersebut di atas kemudian memunculkan beranekaragam
teori-teori sosiologi. Teori-teori Sosiologi ini menurut Wuradji (1988:9) juga
digunakan atau diterapkan dalam bidang pendidikan oleh para ahli Sosiologi
Pendidikan. Banyak teori-teori sosiologi dan juga telah diterapkan di bidang
pendidikan, akan tetapi teori-teori yang cukup dominan dan yang telah bertahan
cukup lama adalah teori “Struktural Fungsional” dan teori “Konflik”. Namun
semenjak tahun 1970-an telah ramai diperdebatkan munculnya pandangan baru, yang
oleh para pencetusnya dinamakan “the new sociology of education” yang
menggunakan pendekatan teori interaksional dan teori etnometodologi.
Berdasarkan uraian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi memiliki peran yang sangat penting dalam
pendidikan karena sosiologi mempelajari dan mengatur hubungan manusia dengan
manusia, baik manusia sebagai individu dengan individu, maupun individu dengan
masyarakat bahkan dengan pemerintah. Hubungan manusia dengan manusia itu juga
merupakan substansi penting dalam lingkup pendidikan. Bahkan dengan munculnya
sosiologi sebagai disiplin ilmu yang baru menyebabkan munculnya teori-teori
sosiologi bahkan muncul teori sosiologi yang khusus menyoroti masalah
pendidikan. Teori tersebut dikenal dengan istilah teori sosiologi pendidikan.
Teori Sosiologi karl Marx
Karl marx merupakan salah satu penganut aliran
marxisme. Ia adalah keturunan Yahudi yang dilahirkan di Jerman pada tahun 1818
dan meninggal dunia pada tahun 1883.
Karl marx mengemukakan
pendapatnya tentang manusia, bahwa manusia baginya adalah seseorang yang tidak
berarti apa-apa. Arti manusia dikaitkan dengan masyarakat. Masyarakat harus
berkembang, dan perkembangan masyarakat disebut sebagai sejarah. Menurut Marx
yang menjadi dorongan perkembangan masyarakat adalah yang menjadi dorongan
jalan sejarah yaitu kekuatan materia yang ada di dalam masyarakat itu. Konsep
ini juga memperjelas bahwa Marx sangat membedakan antara manusia dengan
binatang. Perbedaan ini terletak pada cara atau usaha dalam mencapai keperluan
hidupnya. Manusia dalam mencapai keperluan hidupnya harus mencari dan
menggunakan alat (Poedjawijatna, 1983:168).
Asumsi dasar pemikiran Karl
Marx adalah bahwa kepentingan manusia adalah untuk mempertahankan materi.
Pandangan Marx yang agak ekstrem determinase sosial atas tingkah laku individu,
bahwa manusia pada hakekatnya mengejar kepentingannya sendiri. Marx percaya
bahwa manusia memiliki potensi untuk menjadi egois atau tidak egois bergantung
dari sifat hubungan-hubungan tempat ia lahir atau dimana ia berada (Mof,
1997:1).
Menurut Marx (dalam Lawang,
1986:120) kehidupan individu dan masyarakat kita didasarkan pada asas ekonomi.
Antara lain berarti bahwa institusi-instritusi politik, pendidikan, agama, ilmu
pengetahuan, seni, keluarga, dan sebagainya, bergantung pada tersedianya
sumber-sumber ekonomi. Hal ini berarti juga bahwa institusi-institusi ini tidak
dapat berkembang dengan tuntutan-tuntutan sistem ekonomi. Pendirian dan
pemeliharaan perpustakaan dan museum sebagai tempat menyimpan ciptaan-ciptaan
budaya, berhasilnya suatu tim atletik, terwujudnya suatu kebijakan politik,
kesenangan keluarga dalam suatu perjalanan liburan, suatu penelitian seorang
ilmuwan, semua ini dan kegiatan lain yang tidak terbilang jumlahnya tidak dapat
dilaksanakan tanpa sumber materiil yang diperoleh lewat kegiatan ekonomi.
Berdasarkan uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa teori sosiologi Karl Marx berorientasi pada materi.
Karl marx tidak mengakui adanya kebebasan individu, tetapi kebebasan pribadi
dibatasi oleh kelompok elite yang menngatas namakan rakyat banyak. Paham ini
menurt saya kurang cocok apabila dimplikasikan pada pendidikan di Indoneia
karena paham yang dianut Karl Marx berbeda dengan paham yang dianut Indonesia
yaitu pancasila.
Oleh karena itu, pandangan
Karl Marx tidak sesuai apabila diterapkan di Indonesia, karena Indonesia
menganut filosofi manusia yang memandang manusia secara utuh. Bahkan Indonesia
telah jelas-jelas menolak pandangan atau pendirian materialisme. Hal tersebut
tertuang dalam pandangan hidup Pancasila yang dijabarkan lebih lanjut dalam UUD
1945, dan GBHN
Kita menegaskan bahwa manusia
itu makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, manusia itu makhluk jasmani
maupun rohani (Budiman, dkk. 1986:124). Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa Indonesia sangat menentang pendapat Karl Marx. Bahkan
pendapat Karl Marx apabila diterapkan pada pendidikan di Indonesia tidak sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang di dalam UU No.20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan un tuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan un tuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan pendapat di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa teori sosiologi Karl Marx sangat tidak cocok
diterapkan di Indonesia, khususnya dibidang pendidikan. Sebab, tujuan
pendidikan di Indonesia bukan untuk memperoleh material belaka tetapi untuk
membentuk manusia seutuhnya yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Budiman, Arief, dkk. 1986.
Mencari Konsep Manusia Indonesia Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Erlangga.
Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Lawang. Robert M. Z. 1986.
Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia.
Mof, Yahya. 1997. Hasil
Analisis terhadap Teori Konflik (Karl Marx). Makalah.
Yogyakarta: Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pascasarjana IKIP Yogyakarta.
Yogyakarta: Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pascasarjana IKIP Yogyakarta.
Munib, Achmad. 2007. Pengantar
Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK Unnes.
Vaizey, John. 1987. Pendidikan
Dunia Modern. Jakarta: Binaprinindo Aksara.
Wuradji. 1988. Sosiologi
Pendidikan Sebuah Pendekatan Sosio-Antropologi. Jakarta: Depdikbud.
sangat menrik, pa lgi sedang butuh, tank...
BalasHapussip..
Hapusmanusia kecil bagai kertas kosong yang siap di isi dengan tulisan apapun..entah berupa subuah gambar ataupun yang lainnya...setiap teori terpengaruh pada faktor kebudayaan. jadisebaiknya indonesia pun memiliki konsep tersendiri dengan budayanya sendiri.thanks. qomaruddin mqomaruddin12@ymail.com
BalasHapusmantaf
BalasHapusterima kasih atas ilmunyaaaaaa
BalasHapusbagus thank you
BalasHapusJika ingin menjadi yang terbaik, haruslah ia siap untuk menjadi yang paling jelek....
BalasHapusJiwa besar ini tidak semua orang memilikinya...
Untuk mendapatkan karakter ini mari belajar lewat sosiologi... disiini pasti mendapatkan jawabanya asal punya niat melakukannya....
terimakasih bos atas artikelnya
kurang jelas
BalasHapuslumayan
BalasHapusabcd
BalasHapuspendidikan sosiologi sangat menarik dan dibtuhkan untuk menambah wawasan. terimakasih
BalasHapusaku mau
BalasHapusOALAh ,,,,, pusing aku
BalasHapusOALAh ,,,,, pusing aku
BalasHapus