Biografi
Durkheim dilahirkan di Épinal,
Prancis, yang terletak di Lorraine.
Ia berasal dari keluarga Yahudi
Prancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah Rabi.
Hidup Durkheim sendiri sama sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya
dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena
keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi. Namun
demikian, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya - banyak mahasiswa
dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah
dengannya.
Durkheim adalah mahasiswa yang
cepat matang. Ia masuk ke École Normale Supérieure pada 1879.
Angkatannya adalah salah satu yang paling cemerlang pada abad
ke-19 dan banyak teman sekelasnya, seperti Jean
Jaurès dan Henri Bergson kemudian menjadi tokoh besar
dalam kehidupan intelektual Prancis. Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel
de Coulanges, seorang pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah
sosial. Pada saat yang sama, ia membaca karya-karya Auguste Comte dan Herbert
Spencer. Jadi, Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah terhadap
masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik pertama dari banyak konflik
lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang tidak
mempunyai kurikulum
ilmu sosial pada saat itu.
Durkheim merasa ilmu-ilmu
kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua terakhir
dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian agrégation – syarat untuk
posisi mengajar dalam pengajaran umum – dalam ilmu filsafat pada 1882.
Tentang pendidikan
Durkheim juga sangat
tertarik akan pendidikan. Hal ini sebagian karena ia
secara profesional dipekerjakan untuk melatih guru, dan ia menggunakan
kemampuannya untuk menciptakan kurikulum untuk mengembangkan
tujuan-tujuannya untuk membuat sosiologi diajarkan seluas mungkin. Lebih luas
lagi, Durkheim juga tertarik pada bagaimana pendidikan dapat digunakan untuk
memberikan kepada warga Prancis semacam latar belakang sekular bersama yang dibutuhkan
untuk mencegah anomi (keadaan tanpa hukum) dalam masyarakat modern. Dengan
tujuan inilah ia mengusulkan pembentukan kelompok-kelompok profesional yang
berfungsi sebagai sumber solidaritas bagi orang-orang dewasa.
Durkheim
berpendapat bahwa pendidikan mempunyai banyak fungsi:
1) Memperkuat
solidaritas sosial
- Sejarah: belajar tentang orang-orang yang melakukan hal-hal yang baik bagi banyak orang membuat seorang individu merasa tidak berarti.
- Menyatakan kesetiaan: membuat individu merasa bagian dari kelompok dan dengan demikian akan mengurangi kecenderungan untuk melanggar peraturan.
2)
Mempertahankan peranan sosial
- Sekolah adalah masyarakat dalam bentuk miniatur. Sekolah mempunyai hierarkhi, aturan, tuntutan yang sama dengan "dunia luar". Sekolah mendidik orang muda untuk memenuhi berbagai peranan.
3)
Mempertahankan pembagian kerja.
- Membagi-bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecakapan. Mengajar siswa untuk mencari pekerjaan sesuai dengan kecakapan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang terhormat...Silahkan tinggalkan jejak dengan komentar, pendapat dan saran, bebas asal sopan....OKE..!!!