Pendidikan
merupakan suatu yang hakiki dan mutlak harus diperoleh warga negara serta wajib
disediakan oleh negara dalam rangka menunjang proses pembangunannya, baik
berupa pembangunan fisik ataupun pembangunan sosial budaya termasuk di dalamnya
bidang pendidikan.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. (UU No. 20 th 2003 tentang sistem pendidikan Nasional).
Realitas,
di akhir tahun pelajaran dunia pendidikan sibuk menyukseskan kelas akhir untuk
menyongsong ujian nasional (UN). Saking takutnya akan kegagalan UN sekolah
berupaya semaksimal mungkin dengan segala daya untuk menggapai nilai
setinggi-tingginya. Ketika melihat bagaimana siswa-siswi melampiaskan
kegembiraan karena lulus ujian. Mereka tidak hanya bersorak seperti anak kecil
memperoleh permen, namun disertai dengan corat-coret baju, celana dan tubuh,
serta mengecat rambutnya. Bahkan ada di antara mereka yang tak risih mencoret
bagian tubuh yang tabu disentuh. Siswa putra menelanjangi temannya sampai
tinggal celana dalam. Sementara siswa putri tak merasa sungkan ketika teman
putranya menuliskan sesuatu di baju bagian dadanya. Malah pelajar putri juga
ikut menulis sesuatu di celana dalam siswa putra. Sebagai gejala emosional yang
mendapat pengaruh ekstern (ideologi Barat), tingkah laku pelajar seperti di atas
dapat terjadi setiap saat.
Seperti
itukah idealnya produk pendidikan formal kita? Di mana pertimbangan moral dan
budaya Timur yang dimiliki bangsa ini? Itukah yang dimaksud mampu mencetak
masyarakat-masyarakat yang dalam teorinya disebut sebagai “manusia Indonesia
seutuhnya” ?
Titik
tekan pendidikan yang hanya peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi dan
keterampilan secara fisik adalah konsep yang berdampak pada kemampuan lulusan
formal yang hanya handal di sektor teori dan praktik ilmiah, serta terampil
memproduk sesuatu tapi mengalami kemandulan moralitas. Padahal, secara hakiki,
pendidikan dilaksanakan tidak sekadar untuk membina murid menguasai ilmu
pengetahuan dan keterampilan.
Permasalahan
yang patut dikemukakan disini antara lain sebagai berikut :
Bagaimanakah konsep pendidikan untuk
terciptanya masyarakat beradab (madani) tersebut? dan Bagaimana menerapkannya
(konsep pendidikan yang diharapkan menciptakan masyarakat madani)?
BAHASAN
Konsep masyarakat beradab dalam terminology barat disebut civil Society, sementara itu pada terminology arab (islam) disebut masyarakat madani. Bagi penulis pengistilahan tidaklah lebih penting dari pada proses berjalan dan hasil yang akan dicapai nantinya oleh masyarakat madani / civil Society.
Konsep masyarakat beradab dalam terminology barat disebut civil Society, sementara itu pada terminology arab (islam) disebut masyarakat madani. Bagi penulis pengistilahan tidaklah lebih penting dari pada proses berjalan dan hasil yang akan dicapai nantinya oleh masyarakat madani / civil Society.
Menurut
Al-Quran, manusia diciptakan sebagai khalifah dipermukaan bumi. Untuk
menegaskan dan memberikan kekuatan kepada khalifah tersebut maka, manusia
dibekali dengan akal dan hati serta petunjuk tuhan baik yang tersurat (Al-Quran
dan Hadis) maupun yang tersirat (alam dan lingkungan).
Dengan
media akal, hati, alam serta petunjuk tuhan tadi manusia dapat menjadi
“manusia”. Dengan akal manusia dapat membedakan yang baik dan benar, dengan
hati manusia dapat meyakini dan merasakan kekuatan-kekuatan yang berada diluar
kuasa akal, dengan al-quran dan Hadis manusia lebih terarah dan diarahkan oleh
yang maha penyayang, serta dengan “membaca” alam manusia dapat hidup dan
menyesuaikan dirinya. Disinilah pembinaan akal yang menghasilkan ilmu.
Yang
tidak kalah penting untuk menciptakan masyarakat berkeadaban melalui jalur
pendidikan ini dengan memasukkan norma dan nilai dari ajaran islam yang
universal serta rahmatan lil ‘alamin. Juga tidak lupa dengan memasukkan norma
yang berlaku (positiv) pada sebuah tatanan kemasyarakatan pada suatu masyarakat
agar tidak menimbulkan pertentangan.
Untuk memasukkan ruh agama dan etika pada ilmu pengetahuan perlu dilakukan oleh siapa yang menyadari hal itu. Karena dengan control agama dan etika akan membuat ilmu pengetahuan dan tekhnologi dapat dikendalikan agar tidak merusak pada lingkungan dan membuat jauh dari tuhan pencipta alam.
Untuk memasukkan ruh agama dan etika pada ilmu pengetahuan perlu dilakukan oleh siapa yang menyadari hal itu. Karena dengan control agama dan etika akan membuat ilmu pengetahuan dan tekhnologi dapat dikendalikan agar tidak merusak pada lingkungan dan membuat jauh dari tuhan pencipta alam.
Bila bangsa ini memiliki komitmen kuat dalam membumikan pendidikan
kepribadian, memang sangat perlu ada reposisi dan reaktualisasi dalam penerapan
pendidikan karakter bangsa ini. Kiranya tidak cukup pengambil kebijakan hanya
mengandalkan pendidikan formal saja dalam melestarikan jatidiri bangsanya. Praktik
pendidikan formal telah banyak menyajikan tentang perilaku mulia sebagai
bangsa. Persaudaraan, toleransi, santun dalam bicara, berbuat, ketakwaan,
dsb.Nilai-nilai mulia yang telah diterima siswa di bangku pendidikan, setelah
pulang ke rumah dan masyarakat begitu mudah dilupakan.
Kenyataannya, sajian perilaku
masyarakat dan keluarga justru sangat mendominasi jiwa anak dalam
perkembangannya. Rasanya sangat sulit untuk menjadikan siswa yang santun bila
lingkungan anak baik keluarga dan masyarakatnya tidak santun.Menyadari betapa
pentingnya pendidikan kepribadian, budi pekerti anak-anak bangsa sangat perlu
adanya kemauan kuat dari berbagai pihak. Pengaruh media cetak dan elektronik,
seperti televisi dan internet sangat mendominasi jiwa anak secara penuh. Peran
media televisi sangat besar dalam menanamkan nilainilai mulia suatu bangsa.
Pendidikan harus mampu
mengeksplorasi seluruh potensi anak. Potensi-potensi yang
berupa kekuatan batin, karakter, intelektual, dan fisik. Semuanya itu harus
kita integrasikan menjadi sesuatu kekuatan dari sang anak itu. kehidupan yang
seimbang antara keperluan rohani dan jasmani, tidak cenderung pada suatu nilai
secara berlebihan tanpa mempedulikan nilai-nilai yang lain, karena manusia
mempunyai kecenderungan yang normal yang tidak bertentangan dengan agama.
Dengan mengombinasikan aspekaspek di atas, akan lebih dapat dijamin lahir anak
didik dwidemensi dalam satu keseimbangan dunia dan akhirat, ilmu dan iman,
pengetahuan dan akhlak.
Menurut
hemat penulis (subjektif) untuk menerapkan konsep yang ada maka terdapat dua
cara yaitu:
1.
yaitu
memasukkan konsep tersebut secara perlahan kepada individu dalam masyarakat
pendidikan seperti sekolah melalui jalur wacana yang menyentuh dan media buku
pelajaran yang akan dipakai dalam proses belajar-mengajar, pendekatan ini
memakan waktu yang lama karena untuk merubah suatu bentuk (karakter) masyarakat
tidaklah mudah. Tuntutan melalui jalur cultural ini kita juga berusaha dan
berharap dari pengajar untuk mulai memasukan ruh agama dan etika dalam sebuah
materi pelajaran.
2.
yaitu
memasukkan ruh agama dan etika kedalam materi pendidikan dan tata pergaulan
dalam dunia pendidikan oleh Negara atau penguasa dengan cara membuat aturan
(regulasi) yang akan mengkondisikan masyarakat pendidikan hidup dalam tuntutan
masyarakat madani. Pendidikan seyogyanya
sebagai suatu hal yang bersifat partisipasif, artinya masyarakat memiliki
wewenang dan hak yang sama dalam pengelolaan pendidikan tidak saja pada masalah
pembiayaan tetapi juga pada masalah konsep pendidikan. Imbas yang diharapkan
adalah model kehidupan masyarakat madani pada dunia pendidikan itu terbawa
keluar dan ikut mempengaruhi masyarakat luas.
1.
Konsep
pendidikan menuju masyarakat madani perlu dilengkapi dengan beberapa model
pendidikan sebagai berikut :
a. Pendidikan yang memanusiakan manusia;
b. Pendidikan berbasis agama dan etika.
b. Pendidikan berbasis agama dan etika.
c. Pentingnya Pendidikan Kepribadian/karakter
d. Pendidikan yang komprehensif atau holistik.
2.
Ada dua cara
yang dapat ditempuh untuk dapat menerapkan konsep pendidikan yang menciptakan
manusia yang beradab tersebut yaitu melalui jalur Kutural dan jalur structural.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang terhormat...Silahkan tinggalkan jejak dengan komentar, pendapat dan saran, bebas asal sopan....OKE..!!!